telusur.co.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menaikkan harga pbahan bakar minyak bersubsidi seperti pertalite dan solar. Selain itu, pemerintah juga menaikkan harga BBM non subsidi, pertamax, pada Sabtu (3/9/22) kemarin. Kenaikan tersebut diumumkan di Istana Merdeka oleh Jokowi bersama jajaran menterinya.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih alias Demer mengomentari pentingnya menjaga ketahanan pangan dan energi agar Indonesia tak berakhir nasibnya seperti Sri Lanka. Demer mengkritisi aktivitas impor kita yang masih tinggi.
“Karena kalau kita melihat ketahanan pangan dan energi kita masih banyak yang impor. Saya melihat kondisi kita yang terjadi saat ini dan berpotensi memburuk kedepannya adalah masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Kedua hal itu akan menjadi substansi pokok kedepan. Inilah tugas dari KPPU, BSN, BPKS dan BP Batam untuk mengawasi masuknya arus barang impor dan menggenjot ekspor. Untuk itu mengapa badan-badan ini dibentuk,” jelas Demer, Senin (5/9/2022).
Menurut Demer, banyak negara sekarang jatuh berawal dari ketahanan energinya yang lemah. Karena pandemi yang tak berkesudahan disusul perang Rusia dan Ukraina menyebabkan ketahanan energi negara tersebut berkurang.
"Energi sangat mahal. Sementara ekspor neraca perdagangan mereka minus tidak bisa pinjam dana kemana-mana dan akhirnya menyebabkan negaranya tidak bisa impor enegi dan akhirnya pemerintahannya runtuh,” jelasnya.
Demer pun memaparkan sejumlah alasan mengapa dua hal tersebut menjadi hal pokok kedepannya agar tak terjerumus masuk menjadi negara bangkrut seperti Sri Lanka.
“Itu hal biasa karena begitu perekonomiannya jatuh, pemerintahannya juga biasanya ikut jatuh, baik itu negara demokratis maupun negara otokratis. Di Srilanka contohnya, harga sepeda tiba-tiba naik 5 kali lipat karena udah gak bisa pakai mobil karena gak bisa impor minyak. Akhirnya harga sepeda yang naik 5 kali lipat. Negaranya udah gak bisa pinjam uang kemana-mana lalu gak bisa beli energi, gak bisa beli bahan bakar,” paparnya.
Demer menyarankan untuk terus berupaya menggenjot perdagangan ke arah surplus.
“Ketahanan energi dan ketahanan pangan itu ya melalui badan-badan yang saya sebutkan tadi. Kita genjot perdagangan yang surplus. Perdagangan yang surplus artinya lebih banyak lagi kita bisa produksi keluar dan oleh karena itulah, tujuan sebenarnya badan-badan tersebut dibentuk, untuk kita bisa membuat perdagangan surplus. Saya berharap dengan perdagangan yang surplus kita masih dipercaya banyak negara,” pungkasnya. [Tp]