Untuk Pilpres 2024, Relawan Jokowi Ini Memilih Ikuti Arahan Megawati Ketimbang Jokowi  - Telusur

Untuk Pilpres 2024, Relawan Jokowi Ini Memilih Ikuti Arahan Megawati Ketimbang Jokowi 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. (Ist).

telusur.co.id - Barisan Penggerak Rakyat untuk Joko Widodo (Baper Jokowi) yang juga salah satu relawan pendukung Jokowi pada helatan Pilpres 2019 lalu, lebih memilih menunggu arahan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dibandingkan mengikuti arus dan eforia politik para pendukung Jokowi lainnya. 

Demikian pernyataan Ketua Umum Baper Jokowi, Ahmad Rouf Qusyairi, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (27/5/22). 

“Kalau kami, dari Baper Jokowi, lebih memilih untuk sabar menunggu sikap Ibu Megawati Soekarno kalau terkait dengan Pilpres 2024. Dan kita tahu, sampai saat ini, Ibu Megawati belum menentukan sikapnya terkait siapa yang akan didukung untuk Capres nanti,” kata Rouf. 

Meski begitu, Rouf meyakini, sikap, dukungan, dan pilihan politik Jokowi pada Pilpres 2024 nanti akan selaras dengan sikap dan dukungan politik Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan.

Alasannya, pertama, Presiden Jokowi masih merupakan kader PDI Perjuangan. Begitu pula dengan keluarga besar Jokowi, seperti anak dan menantunya, dua-duanya kader PDI Perjuangn yang saat ini masih menjabat wali Kota Solo dan Medan yang diusung dari PDI Perjuangan.  

"Jokowi pasti akan berhitung ulang, kalau mau berseberangan dengan garis dan kebijakan politik PDI Perjuangan terkait pilihan politik pada Pemilu 2024 nanti, yang notabene adalah induk dimana dia berasal," terangnya. 

Kedua, lanjut dia, Presiden Jokowi masih mempunyai tugas-tugas kebangsaan dan kerakyatan yang tidak ringan untuk diselesaikan hingga 2024 nanti. 

Rouf menuturkan, Kondisi geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu akibat konflik Rusia versus Ukrania dan Negara-negara Barat plus Amerika Serikat berdampak pada krisis energi dan kelangkaan bahan pangan. 

“Itu semua berdampak langsung kepada masyarakat kecil, sehingga harus terus diupayakan solusinya” ujar Rouf.  

Dikatakannya, Presiden membutuhkan dukungan dan kerja sama dengan semua elemen bangsa, khususnya sokongan Parpol, terutama PDI Perjuangan yang mayoritas di parlemen, untuk mengatasi dan menuntaskannya hingga jabatan Jokowi selesai bulan Oktober 2024 nanti.

Ketiga, program, kebijakan, dan arah politik Jokowi selaku Presiden, selama ini selalu beriringan dan selaras dengan arah dan garis politik PDI Perjuangan.

Misalnya, ketika muncul aspirasi terkait penundaan Pemilu 2024 atau Jokowi tiga periode, sikap Jokowi, akhirnya mengikuti garis PDI Perjuangan yang tegas menolaknya. 

“Begitupun dengan soal pemindahan Ibu Kota atau IKN, UU Cipta Kerja, soal Presidential Threshold dan masih banyak lagi. Dan masih banyak lagi, tidak ada yang berseberangan,” jelas Rouf. 

Keempat, tambah dia, secara personal, hubungan Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri baik-baik saja. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Jokowi sering bertemu dengan Megawati Soekarnoputri. Momentum lebaran tahun ini, Jokowi berkunjung ke kediaman Megawati di Teuku Umar Jakarta dan sebelumnya bertemu di Rumpin Bogor. 

Begitupun dalam jabatan kenegaraan dan pemerintahan, Megawati Soekarnoputri diangkat Jokowi menjadi Pembina Duta Pancasila Paskibraka Indonesia tingkat pusat, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menurut Rouf, sinyal yang dikirimkan oleh Jokowi selaku Ketua Pembina Relawan Projo dalam sebuah Rakernas di Magelang Jateng kemrarin dengan ungkapan “urusan politik, ojo Kesusu sek” yang artinya urusan politik, jangan terburu-buru dulu, itu maksudnya adalah meminta kepada para pendukungnya, agar jangan terburu-buru mendeklarasikan Capres, tetapi menunggu sinyal dari Ketua Umum PDI Perjuangan yaitu Megawati Soekarno Putri.

“Tafsir berikutnya, yakni para relawan pendukung Jokowi diharapkan lebih fokus dulu masalah-masalah yang berkaitan dengan kebangsaan dan kerakyatan. Itu yang perlu diselesaikan terlebih dahulu. Bukan masalah politik atau Capres,” jelas Rouf.

Untuk masalah Capres, Jokowi malah mengarahkan kepada Projo untuk melakukan musyawarah rakyat secara berjenjang dari akar rumput untuk menjaring figur yang dikehendaki rakyat. 

“Makannya kan, Jokowi melarang deklrasi Capres di acara Projo tersebut kan. Itu artinya, jangan buru-buru, tunggu sinyal dari Ibu Megawati Soekarnoputri maksudnya,” ungkap Rouf

Sementara, terkait ucapan Jokowi, “meskipun, mungkin, yang kita dukung ada di sini”, hal tersebut belum tentu merujuk kepada sosok Ganjar Pranowo yang saat itu berada di lokasi.

Sebab, saat mengucapkan kata “di sini”, tangan Jokowi tidak diarahkan kepada audiens. Tetapi, tangan Jokowi diarahkan ke meja atau podium tempat ia berpidato dengan tatapan mata penuh keyakinan.

“Membaca isyarat itu, harus dilihat atau diperhatikan pada gerak tangan saat Jokowi berucap, bukan sekedar kata yang disampaikan yang masih penuh dengan sanepo atau metafor. 

"Saya yakin, yang dimaksud Jokowi dengan kata 'ada di sini' itu merujuk pada diri Jokowi sendiri. Artinya, Jokowi mau menjadi King Maker dalam pencapresan 2024. Makannya, Jokowi masih menunggu sinyal dari Ibu Megawati Soekarno Putri,” pungkas mantan Ketua Umum PMII Jombang ini. [Tp]


Tinggalkan Komentar