telusur.co.id - Tokoh nasional, Rizal Ramli, mengaku sepakat dengan para mahasiswa yang enggan dipanggil generasi milenial, tapi lebih senang dikenal sebagai generasi Z. Alasannya, makna generasi milenial sedikit tercoreng oleh para staf khusus Milenial Presiden Joko Widodo.
"Saya sempat kagum dengan milenial. Jokowi lebih kagum lagi sama generasi milenial sampai jadi Stafus, ternyata begini. Bener, di Kartu Prakerja malah nyopet juga dan sebagainya. Saya lebih bangga generasi Z," kata Rizal Ramli dalam kanal YouTube Fadli Zon Official, Jumat (29/10/21).
Menko Bidang Perekonomian era Presiden Gus Dur ini mengatakan, ketika bertanya kepada para mahasiswa sekarang, disitulah dirinya mengetahui mengapa mereka enggan dipanggil generasi milenial.
Alasan yang mereka lontarkan pun, menurut Rizal, sangat tepat. "Jangan sebut kita milenial, karena milenial itu anak orang kaya sekolah bagus ngerti IT, tapi begitu diberi kekuasaan mereka merampok lebih. Kita generazi Z, lahir setelah 1995, mau HP harus kerja, mau beli pulsa mesti kerja. Kita lebih ulet dari millenial anak manja, kita ikut perjuangan. Mileial mana ada memperkaya diri sendiri'," ungkapnya.
Mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB ini awalnya, sempat pesimis dengan gerakan atau aktivis mahasiswa zaman sekarang. Namun, ketika mengenal lebih dekat, dugaanya itu terbantahkan.
Meskipun mahasiswa saat ini terlihat seperti anak mami, ternyata mereka cukup konsern dengan permasalahan negara.
Bahkan, Rizal dibuat takjub oleh mahasiswa yang mengklaim tahu isi UU KPK maupun UU Omnibus Law Cipta Kerja saat mereka ramai memprotes kedua UU kontroversial itu.
"Saya pernah tanya, 'kalian ngomongin UU KPK emang ngerti? Dia bilang 'Abang kuno, begitu tertarik kita Google 24 jam'. Begitu pula Omnibus Law. Mereka organisatoris yang hebat karena main games. Makanya, Oktober hampir 50 kota mahasiswa bergerak. Ada harapan lagi, tidak selembek yang saya bayangkan," tukasnya.[Fhr]