Solo Safari: Ikon Lama yang Bangkit Menjadi Magnet Baru Pariwisata Solo - Telusur

Solo Safari: Ikon Lama yang Bangkit Menjadi Magnet Baru Pariwisata Solo

Solo Safari merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Surakarta dan Taman Safari Indonesia. Foto: Istimewa.

telusur.co.id -Awal tahun 2023 menjadi momentum penting dalam sejarah pariwisata Kota Solo. Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), sebuah ikon lama yang menyimpan banyak kenangan bagi warga, resmi bertransformasi menjadi Solo Safari. Transformasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Surakarta dan Taman Safari Indonesia, yang tidak hanya menghadirkan wajah baru secara fisik, tetapi juga merevolusi pengalaman wisata di kota budaya ini.

Perubahan nama menjadi Solo Safari bukan sekadar rebranding, tetapi merupakan lompatan besar menuju destinasi wisata yang lebih modern, atraktif, edukatif, dan ramah keluarga. Hasilnya pun terlihat nyata. Menurut data Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023, pendapatan dari destinasi ini melonjak hingga 300 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah pengunjung dalam sepuluh bulan pertama mencapai lebih dari 500 ribu orang, dan diproyeksikan menembus angka 600 ribu wisatawan sepanjang tahun 2023.

Transformasi ini tidak hanya mengubah tampilan dan fasilitas, tetapi juga menghadirkan konsep baru yang menjadikan Solo Safari sebagai destinasi wisata edukasi satwa yang unik dan berkelas. Wisatawan kini datang bukan hanya untuk melihat satwa, tetapi juga menikmati berbagai zona edukasi, area rekreasi keluarga, dan pengalaman kuliner tematik. Fasilitas seperti Paint and Brush, Gokart, Dino Ride, hingga Savannah Zipline, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dari berbagai kalangan usia.

Kehadiran Solo Safari telah memperkuat posisi Solo sebagai destinasi wisata keluarga di Jawa Tengah. Jika sebelumnya Solo dikenal dengan kekayaan budaya, sejarah, dan kuliner, kini kota ini memiliki daya tarik tambahan berupa wisata alam dan edukasi satwa, menjadikannya sebagai kota wisata yang semakin lengkap.

Alexander Zulkarnain, Chief Marketing Officer (CMO) Taman Safari Indonesia, mengatakan bahwa Solo Safari membawa dampak besar bagi perkembangan pariwisata kota. “Kini, Solo tidak lagi hanya mengandalkan keraton, pasar tradisional, dan kuliner, tetapi juga memiliki destinasi wisata keluarga modern yang sesuai dengan tren rekreasi kekinian. Lonjakan kunjungan yang terjadi turut menggerakkan sektor lain, mulai dari hotel, transportasi, hingga UMKM lokal, karena wisatawan cenderung memperpanjang masa tinggal mereka untuk menikmati batik, kuliner khas, hingga pertunjukan budaya. Lebih dari itu, Solo Safari berhasil memperkuat citra Solo sebagai kota yang dinamis, ramah keluarga, dan kompetitif dalam peta pariwisata Jawa Tengah maupun nasional,” ujarnya.

Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta menunjukkan bahwa puncak kunjungan terjadi pada musim liburan seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Pada momen-momen tersebut, jumlah wisatawan melonjak hingga 3–5 kali lipat dibandingkan hari biasa. Hal ini menunjukkan bahwa Solo Safari kini menjadi magnet utama wisatawan, sekaligus memperpanjang lama tinggal mereka di kota.

Menempati lahan seluas 14 hektar, Solo Safari menjadi rumah bagi lebih dari 400 satwa dari 90 spesies berbeda. Pengunjung dapat menjelajahi berbagai zona yang menampilkan satwa endemik Indonesia, sembari belajar tentang pelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Dari sisi kuliner, pengunjung juga dimanjakan dengan pengalaman unik seperti bersantap di Makunde Bistro yang menyajikan pemandangan langsung ke exhibit singa, atau bersantai di Bengawan Resto dengan panorama Danau Solo Safari yang tenang.

Lebih dari sekadar tempat wisata, Solo Safari juga berperan sebagai pusat konservasi dan penelitian, berkontribusi dalam menjaga kelestarian satwa liar di Indonesia. Transformasi ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi dan kolaborasi mampu menghidupkan kembali ikon lama menjadi kebanggaan baru kota, yang tidak hanya memperkuat citra, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian lokal.

Dengan berbagai pencapaian tersebut, Solo kini tak hanya hadir sebagai kota budaya, tetapi juga sebagai destinasi wisata keluarga modern yang siap bersaing di tingkat nasional. Solo Safari menjadi representasi bagaimana sinergi antara sektor publik dan swasta dapat menciptakan perubahan signifikan, sekaligus menghadirkan harapan baru bagi masa depan pariwisata kota.


Tinggalkan Komentar