telusur.co.id - Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Hukum dan Urusan Internasional, Kazem Gharibabadi, menyatakan bahwa dukungan Rusia, Tiongkok, dan Pakistan terhadap penolakan penerapan kembali sanksi PBB terhadap Iran menjadi momen penting dalam diplomasi regional. Hal itu diungkapkannya saat menghadiri KTT ke-25 Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, Senin lalu.
Menurut Gharibabadi, sikap kompak ketiga negara terhadap apa yang disebut sebagai mekanisme "snapback" upaya menghidupkan kembali sanksi Dewan Keamanan PBB yang sebelumnya dicabut merupakan landasan kuat dalam menghadapi tekanan dari Barat.
“Penolakan Rusia, Tiongkok, dan Pakistan terhadap snapback adalah titik temu strategis kami,” tegas Gharibabadi kepada wartawan.
Diplomat senior itu juga mengungkap bahwa sejumlah poin penting dalam deklarasi akhir SCO mencerminkan posisi Iran. Salah satu artikel secara langsung mengutuk agresi militer yang dilakukan oleh rezim Zionis dan Amerika Serikat, termasuk serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional.
“Penyebutan eksplisit terhadap rezim Zionis dan AS sangat signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam forum semacam ini,” ujarnya.
Gharibabadi menyoroti pentingnya implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 secara utuh dan adil. Ia mengkritik negara-negara Eropa yang dinilai bersikap selektif, hanya menegakkan aspek yang menguntungkan mereka sambil mengabaikan kewajiban sendiri dalam perjanjian nuklir 2015 (JCPOA).
“Mereka tidak bisa menyerukan penegakan aturan jika mereka sendiri mengingkarinya,” katanya tajam.
Dalam perkembangan terbaru, tiga negara Eropa Inggris, Prancis, dan Jerman (EU3) telah secara resmi mengaktifkan mekanisme snapback, dengan mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB. Langkah itu disebut sebagai eskalasi paling serius sejak AS keluar dari JCPOA pada 2018.
Iran langsung mengecam tindakan itu sebagai tidak sah secara hukum dan bermotif politik, sembari memperingatkan bahwa respon tegas dan proporsional akan diambil jika sanksi benar-benar diberlakukan kembali.
“Kami telah menyampaikan sikap kami secara resmi. Jika Eropa tetap pada jalurnya, mereka harus siap menerima konsekuensinya,” kata Gharibabadi.
Ia juga mengingatkan bahwa tindakan ini berisiko menghancurkan kerja sama Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan melemahkan kredibilitas Dewan Keamanan PBB di mata dunia.
Gharibabadi menutup pernyataannya dengan nada tegas namun diplomatis.
“Ini bukan hanya ujian bagi Iran. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Eropa untuk memperbaiki langkah keliru mereka sebelum hubungan internasional memasuki fase konfrontatif yang lebih dalam.”