telusur.co.id – Pemerintah berencana mencabut subsidi listrik 24,4 juta pelanggan 900 VA Rumah Tangga Mampu (RTM), tahun depan. Hal itu terungkap dalam rapat panitia kerja (Panja) anggaran terkait subsidi di Ruang Badan Anggaran DPR, beberapa waktu lalu.
Terkait itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira meminta agar pemerintah hati-hati mengenai data. Jangan sampai data 24,4 juta pelanggan yang subsidinya ditarik ternyata tidak valid.
“Pelajaran penting pada tahun 2017 lalu adalah soal data yang masih bermasalah,” kata Bhima saat dihubungi telusur.co.id, Kamis (5/9/19).
Mengutip laman Kementerian ESDM, konsumen rumah tangga listrik di Indonesia dibagi menjadi empat golongan. Mulai dari golongan subsidi 450 VA, golongan subsidi 900 VA, golongan rumah tangga mampu 900 VA, dan golongan 1.300 VA.
Pemerintah juga pernah memberi diskon tarif listrik rumah tangga mampu golongan 900 VA, golongan itu kena diskon sebesar Rp 52/kWh sejak 1 Maret 2019 menjadi Rp 1.352/kWh. Tarif golongan non subsidi pun tidak pernah naik sejak 2017.
Kemudian, dalam rapat Panja Anggaran Banggar DPR, beberapa hari lalu, Kementerian ESDM menyebut bahwa 24,4 juta pelanggan listrik 900 VA tersebut merupakan rumah tangga mampu (RTM).
Sedangkan 7,1 juta pelanggan listrik 900 VA lainnya tetap diberikan subsidi lantaran merupakan rumah tangga miskin.
Dengan mencabut subsidi 24,4 juta pelanggan listrik 900 VA, maka subsidi listrik menjadi Rp54,8 triliun pada 2020, lebih kecil dari Rp65,3 triliun pada 2019. D Dengan mencabut subsidi bagi pelanggan 900 VA RTM, pemerintah disebut bisa menghemat anggaran hingga Rp6,9 triliun.
Menurut Bhima, pada 2017 lalu, bolak balik PLN mengkonfirmasi data pelanggan yang dianggap mampu, ternyata ada yang miskin, namun didata masuk kategori mampu.
“Jadi, pemerintah dan PLN validasi data dulu secara hati-hati sebelum main cabut subsidi. Imbas ke angka kemiskinan juga perlu diperhatikan kalau data belum valid. Jadi kesimpulannya ditengah kondisi ekonomi yg sedang melambat tentunya berbahaya,” tukasnya.[Ham]