telusur.co.id - Pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menerima kunjungan pemimpin Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) Ziyad al-Nakhalah dan Wakil Kepala Biro Politik Gerakan Hamas Saleh al-Arouri.
Tiga tokoh pejuang perlawanan itu pada hari Rabu (25/10/23) mengadakan pertemuan yang membahas konfrontasi yang sedang berlangsung di perbatasan Lebanon-Israel (Palestina pendudukan) dan perkembangan peristiwa di Jalur Gaza sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa.
Melansir Al Mayadeen, Rabu (25/19/23), mereka mengevaluasi sikap-sikap internasional dan regional dan apa yang harus dilakukan oleh pihak-pihak Poros perlawanan pada tahap krusial ini. Mereka juga membahas cara-cara untuk mencapai kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina serta menghentikan agresi terhadap Gaza dan Tepi Barat.
Sayid Nasrallah, Al-Nakhalah, dan Al-Arouri sepakat untuk terus berkoordinasi dan menindaklanjuti perkembangan secara harian dan kontinyu.
Sayid Nasrallah mengirim pesan kepada unit media dan institusi Hizbullah dan menyetujui penamaan para syuhada yang bangkit sejak 7 Oktober 2023 sebagai “Syuhada di Jalan Menuju Al-Quds.”
Operasi kubu perlawanan yang sedang berlangsung di Lebanon, yang dimulai pada tanggal 8 Oktober, bersamaan dengan dimulainya agresi pendudukan di Jalur Gaza setelah pertempuran Badai Al-Aqsa, menyebabkan kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Israel di front utara sejak Perang Juli 2006.
Media Israel menyebut eskalasi militer yang terjadi di utara dengan front Lebanon sebagai “perang nyata,” dan mencatat bahwa Hizbullah tidak hanya menghalangi Israel di utara, melainkan juga menghalangi mereka untuk bertindak tegas di Gaza.
Menurut Amir Bouhbut, seorang analis urusan militer di website Walla Israel, operasi Hizbullah di utara menimbulkan tekanan pada Israel terkait dengan Gaza dan berkontribusi dalam mencegah atau mengurangi manuver darat. [Tp]