Pemimpin Diingatkan, Profesi  Di Negara Ini Bukan Cuma Ojol! - Telusur

 Pemimpin Diingatkan, Profesi  Di Negara Ini Bukan Cuma Ojol!


telusur.co.id - Sejumlah pihak mengkritik pemerintah soal bantuan kepada pekerja informal yang terdampak wabah virus corona (Covid-19. dimana pemerintah dinilai lebih memprioritaskan ojek online (ojol) ketimbang profesi lainnya.

"Mohon maaf dengan segala hormat wahai para pemimpin bangsa, Profesi di negara ini bukan cuma Ojol, jadi tolong perhatikan juga profesi yang lain. Terima kasih #Hensat," kata pengamat politik Hendri Satrio (Hensat) di akun Twitternya, Selasa (14/4/20).

Senada dengan Hensat, pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah menilai, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan banyak pihak yang memberikan bantuan terkesan hanya fokus kepada ojol, sementara profesi atau sektor lain luput dari perhatian.

"Kenapa hanya ojol yang seolah-olah profesi paling terdampak, bagaimana dengan yang lain, pedagang asongan, PKL seperti penjual cilok, penjual jajanan di sekolahan, penjual nasi uduk, ojek pangkalan, warung-warung makan, supir angkot/mikrolet, pekerja harian dan gelandangan," kata Trubus kepada wartawan, Senin.

"Bagaimana nasib buruh harian, tunawisma, fakir miskin yang ada di desa-desa, dan profesi atau kelompok-kelompok yang lain yang terdampak wabah corona. Ini mereka seperti diabaikan, luput dari perhatian pemerintah," ungkapnya.

Trubus menduga, ojol mendapat perhatian khusus karena ada pengusaha atau investor di belakang aplikator ojol yang bisa mempengaruhi pemerintah dalam membuat kebijakan demi mencari untung di tengah wabah corona.

"Ojol ini diperlakukan secara istimewa karena ada yang diuntungkan di belakang mereka. Bisa saja pengusaha atau investor. Karena aplikator-aplikator ini kan mendapat sumbangan dari pemerintah yang cukup besar juga kan. Dari Rp405 triliun anggaran penanganan wabah corona itu kan untuk aplikator ojol juga," ungkapannya.

"Perusahaan dan investor di belakang aplikator ini mereka mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan, bisa saja ada orang di kabinet yang punya saham di aplikator sehingga dalam membuat kebijakan pemerintah cenderung lebih fokus ke sana," sambung Trubus.

Padahal, lanjut Trubus, bisa saja bantuan dari pemerintah dan pihak swasta tidak dirasakan langsung oleh pengemudi ojol itu sendiri.

"Jadi ojol ini diekspos terus, padahal driver itu sebenarnya gak dapat banyak, mereka cuma dijadikan kedok saja, menurut saya yang untung banyak itu pengusaha dan investor di belakang aplikator itu," tandasnya.

Lebih jauh, Trubus menilai, sikap pemerintah dan pihak lain yang mengistimewakan ojol ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial.

 

"Contoh PKL yang jualan di pinggir- pinggir jalan itu, mereka tidak punya wadah, tidak pakai seragam kayak ojol, terus ada yang datang ngasih bantuan di pinggir jalan ke ojol, bagaimana perasaan mereka, ini kan bisa menimbulkan kecemburuan sosial juga," pungkasnya.

Selain Hensat dan Trubus, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai juga menyoroti sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para pejabat lainnya yang lebih memperhatikan ojol dibanding profesi seperti petani, nelayan hingga peternak.

Bahkan, lanjutnya, pengangguran, korban PHK dan difabel juga luput dari prioritas pemerintah, padahal mereka juga merupakan kelompok yang terdampak wabah corona.

Hal tersebut disampaikan Natalius melalui akun Twitternya dengan mengunggah artikel dari media online yang menulis soal aksi Presiden Jokowi bagi-bagi sembako ke ojol di pinggir jalan beberapa hari lalu.

Selain itu, ia juga mengunggah poster PT Pertamina (Pesero) yang memberikan promo cashback sebesar 50 persen yang dikhususkan bagi mitra pengemudi ojek online.

"Mengapa Ojol diperhatikan Jokowi & pejabat ditengah Corona, 24,17 ’jt (rakyat) miskin, petani, nelayan, peternak, penganggur, korban PHK, difabel," cuit @NataliusPigai2, Senin (13/4/20).

Mantan Komisioner Komnas HAM ini menambahkan, sikap pemerintah yang menganakemaskan ojol diduga karena penguasa sebagai pemegang saham di perusahaan ojol.

"Penguasa diduga pemegang saham. Boy Thohir (kakak Menteri BUMN) &  Pandu Sjahrir (keluarga LBP). Softbank, Alibaba, Djarum, Astra, Nadiem Makarim, Mendikbub. Tanpa perasaan. Injustice!” ungkapnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar