telusur.co.id - Kelompok pejuang Hizbullah pada hari Minggu (29/10/23) mengumumkan pemimpinnya, Sayid Hassan Nasrallah, akan tampil dan berpidato pada hari Jumat sore, 3 November mendatang dalam rangka menghormati Syuhada di Jalan Al-Quds”.

Pidato secara langsung itu akan menjadi yang pertama kalinya dari Sayid Nasrallah sejak para pejuang Palestina melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa, sementara media Israel sibuk menganalisis alasan “diamnya” tokoh berserban hitam tersebut dalam beberapa minggu terakhir.

Dilansir Rai Al Youm, Minggu (29/10/23), pengumuman itu disampaikan oleh Hizbullah ketika media Israel mengomentari eskalasi pertempuran di perbatasan Lebanon-Israel (Palestina pendudukan), bertepatan dengan berlanjutnya agresi Israel di Jalur Gaza.

Beberapa hari lalu, Sayid Nasrallah menerima kunjungan Sekjen Gerakan Jihad Islam di Palestina, Ziyad Al-Nakhalah, dan Wakil Kepala Biro Politik Gerakan Hamas, Saleh Al-Arouri.

Dalam pertemuan tiga tokoh itu mereka mengulas konfrontasi yang sedang berlangsung di perbatasan Lebano-Palestina serta perkembangan situasi di Jalur Gaza dan Timur Tengah sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa.

Media Israel menyebutkan bahwa Hizbullah memperdalam sasarannya di luar perbatasan dan jauh ke wilayah utara Palestina pendudukan.

Channel 14 Israel melaporkan bahwa pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah perlahan-lahan meningkatkan cakupan peluncuran operasi militernya di wilayah Palestina utara, dan menekankan bahwa apa yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir diperkirakan tidak lebih dari 1% kemampuan Hizbullah.

Koresponden urusan militer untuk Channel 12 Israel, Nir Dvori, mengatakan, “Israel  serius memperhatikan perilaku Nasrallah, dan Israel mencermati dengan sangat teliti apa yang dia lakukan dan katakan.”

Pada tanggal 25 Oktober, Sayid  Nasrallah mengirimkan surat tulisan tangan yang menyebut para martir yang bangkit dan gugur sejak tanggal 7 Oktober di perbatasan Lebanon-Palestina sebagai “syuhada di jalan menuju Al-Quds”, dan menekankan bahwa sebutan ini sejalan dengan realitas pertempuran yang sedang terjadi dalam alur Operasi Badai Al-Aqsa.

Dalam peristiwa terbaru di lapangan, Hizbullah pada hari Minggu menggempur beberapa situs dan personil militer Israel di kawasan perbatasan Lebanon-Palestina. Hizbullah memastikan adanya beberapa korban tewas dan atau luka pada pihak militer Israel akibat serangan tersebut.

Selain itu, untuk pertama kalinya dalam peperangan ini Hizbullah juga telah merontokkan satu unit drone Israel.

Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon, Sayid Hashem Safi al-Din, menyatakan pihaknya akan tetap berada di medan laga selagi kewajiban menuntut mereka untuk demikian.

“Sejarah akan mencatat bahwa akhir dari kekuasaan, kemampuan, dan superioritas Israel ada di tangan Netanyahu, terutama sejak dia berupaya memecah-belah masyarakat Israel, dan memecah belahnya secara politik, sosial, dan sebagainya, sehingga masyarakat Israel terpecah olehnya, dan sekarang dia memecah tentara Israel, dan jika tentara ini berakhir, maka riwayat Israel pun tamat,” katanya memnegaskan. [Tp]