telusur.co.id - Hamas membantah tuduhan rezim Israel bahwa faksi pejuang di Gaza itu menjalankan “pusat komando” di bawah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, Al-Shifa, yang digunakan Israel sebagai dalih dalam menyerang fasilitas tersebut.
Dilaporkan Presstv, perwakilan senior Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, membantah tuduhan itu sembari menayangkan rekaman video dalam presentasinya di Beirut, ibu kota Lebanon, Kamis (16/11/23).
Rekaman itu memperlihatkan pasukan Israel memboyong senjata-senjata yang mereka sita dalam perang Gaza di berbagai tempat lain ke RS al-Shifa, dan kemudian mengaku menemukannya di dalam rumah sakit ini.
Hamdan menjelaskan bahwa pasukan Israel membawa senjata ke fasilitas tersebut di dalam kotak karton berlabel bantuan pangan.
Israel mengobarkan perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Badai al-Aqsa yang mengejutkan terhadap Israel.
Menurut kementerian kesehatan yang berbasis di Gaza, Israel telah membunuh sedikitnya 11.500 warga Palestina, termasuk 4.630 anak-anak dan 3.130 wanita, serta melukai lebih dari 32.000 lainnya.
Rumah sakit telah menjadi titik fokus serangan mematikan yang dilakukanIsrael sejak awal perang.
Pada hari Rabu, kepala Departemen Ortopedi di RS Al-Shifa mengatakan buldoser dan tank Israel telah menyerbu fasilitas tersebut, dan menghancurkan beberapa bagian bangunan.
Kantor Informasi Pemerintahan Palestina yang berbasis di Gaza mengumumkan bahwa pasukan pendudukan akan menembaki siapa saja yang mencoba meninggalkan rumah sakit sehingga fasilitas terancam menjadi “kuburan sungguhan.”
Serangan terhadap rumah sakit melanggar hukum internasional dan Konvensi Jenewa yang menetapkan fasilitas medis sebagai infrastruktur sipil.
Hamas mendesak PBB untuk membentuk tim investigasi untuk mengungkap kepalsuan tuduhan Tel Aviv mengenai rumah sakit tersebut. [Tp]