telusur.co.id - Masa jabatan Presiden dua periode tidak perlu diubah, karena sudah sesuai dengan semangat reformasi yaitu kekuasaan dan kewenangan harus dibatasi.

Begitu dikatakan Ketua Fraksi Partai Gerindra MPR RI Ahmad Riza Patria di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/11/19).

"Kalau masa jabatan (Presiden) sudah final, dua periode. Indonesia adalah negara yang besar dengan suku, bangsa, etnis, agama, dan penduduk yang banyak sehingga masa jabatan presiden jangan lama-lama," kata Riza.

Riza mengatakan, tidak ada wacana masa jabatan presiden menjadi tiga periode, apalagi sampai seumur hidup.

Dia pun menjelaskan, kenapa dahulu Presiden Pertama RI Soekarno diputuskan masa jabatannya seumur hidup, karena saat itu Indonesia sedang melawan penjajah.

"Saat itu kita melawan penjajah, memang harus mengandalkan kecerdasan beliau, kepemimpinan beliau, Soekarno itu luar biasa," terangnya.

Dijelaskannya, yang ada wacana masa jabatan presiden tetap dua periode, namun tiap periode menjadi enam tahun. Selain itu, ada juga wacana satu periode, namun diperpanjang masanya menjadi delapan tahun.

Menurut Riza, masa jabatan yang ideal bagi presiden adalah dua periode masing-masing lima tahun, sama dengan masa jabatan kepala daerah, dan anggota legislatif.

"Ini kan wacana biasa, kita selalu membandingkan teman-teman dari partai lain mungkin melihat, kan sering kita diskusi dengan negara lain," ungkapnya.

Riza mengungkapkan, di beberapa negara berbeda-beda terkait masa jabatan Presiden. Misalnya, ada yang dua periode masing-masing empat tahun, dua periode masing-masing lima tahun, dan satu periode dengan masa 8 tahun.

Bahkan, kata dia, ada di satu negara di Amerika Latin yang jabatannya dua periode dengan masa lima tahun, tapi harus jeda.

"Ini juga gagasan yang luar biasa, jadi kalau ada Presiden berkuasa dalam satu periode ke periode, misalnya 2019-2024 dia terpilih, maka 2024 sampai 2029 dia tidak boleh maju. Dia nanti boleh maju di periode kedua di 2029-2034, tidak berturut-turut," pungkasnya. [Fhr]