telusur.co.id - Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebutkan ketertindasan yang disertai dengan kesabaran dan kekuatan Warga Gaza melawan kejahatan berkelanjutan Israel.
Ia mengatakan, kunjungan beruntun pemimpin AS dan negara-negara jahat lain seperti Inggris, Prancis dan Jerman ke bumi Palestina pendudukan adalah upaya untuk mencegah kehancuran negara palsu Israel.
Dikutip Parstoday, Ayatullah Khamenei, Rabu (25/10/23) pagi dalam pertemuan dengan dengan panitia penyelenggara Kongres Mengenang 6.555 Syuhada Provinsi Lorestan menyebut Amerika sebagai mitra kejahatan pasti Israel.
"Tangan Amerika hingga siku berlumuran darah anak-anak, perempuan dan syuhada lainnya di Gaza, dan faktanya, Amerikalah yang tengah mengelola kejahatan ini," ujarnya.
Pidato Rahbar merupakan indikasi realitas perkembangan terkini di Palestina yang sekali lagi mengungkap peran negara-negara Barat, dipimpin oleh Amerika Serikat dalam mendukung penuh kejahatan rezim pendudukan Israel dan upaya untuk mencegah runtuhnya rezim ini.
Kini, sebagai respons terhadap kegagalan militer, keamanan, dan intelijen yang memalukan yang dilancarkan pejuang Palestina dalam operasi Badai Al-Aqsa, Israel telah menargetkan infrastruktur perumahan dan vital di Jalur Gaza dengan serangan biadabnya yang menggunakan bom dan rudal canggih, serta yang mengakibatkan lebih dari 6.000 warga Palestina gugur dan lebih dari 20.000 orang terluka.
Sementara itu, genosida yang dilakukan Israel di Gaza tidak akan berlanjut dengan parah tanpa dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa serta kebungkaman dari organisasi-organisasi internasional. Kunjungan berturut-turut para pejabat Amerika, termasuk presiden, menteri luar negeri, dan menteri pertahanan negara ini ke Tel Aviv dan partisipasi mereka dalam pertemuan dewan perang Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 75 tahun terakhir, jelas menunjukkan peran dan partisipasi penting Amerika Serikat dalam perang Gaza.
Surat kabar berbahasa Ibrani "Yediot Aharonot" menerbitkan laporan tentang hal ini dan menulis: "Washington berdasarkan kepentingan regionalnya bertanggung jawab atas perang saat ini di Gaza, bukan Tel Aviv."
Amerika tidak diragukan lagi adalah pendukung politik dan senjata terbesar bagi Israel sejak awal berdirinya negara palsu ini. Dan amunisi yang dibuat oleh AS juga memainkan peran paling penting dalam penyediaan senjata bagi rezim ini. Dalam beberapa hari terakhir, Amerika Serikat telah mengerahkan dua kapal induk di "Gerald Ford" dan "USS Eisenhower" di Laut Mediterania, dan semua fasilitas mereka, termasuk satelit, peralatan mata-mata dan penyadapan telah diberikan untuk melayani ruang perang Israel.
Pada saat yang sama, negara-negara Eropa dan Amerika menggunakan pengaruhnya di forum internasional untuk mencegah Israel menghentikan serangan militernya terhadap penduduk sipil di Jalur Gaza. Dalam hal ini, Amerika Serikat bersama Inggris dan Prancis menentang resolusi yang diajukan Rusia yang mewajibkan Israel menghentikan serangan terhadap Gaza dan mencegah Dewan Keamanan PBB memaksa Israel menghentikan kejahatannya di Gaza.
Pada saat yang sama, mengingat banyaknya korban sipil akibat serangan Israel di Jalur Gaza, hal ini membawa tanggung jawab internasional kepada pemerintah Amerika; Dalam rancangan akhir Komisi Hukum Internasional yang disetujui pada tahun 2001, pembahasan mengenai tanggung jawab negara ketiga dalam membantu dan bersekongkol atau berperan dalam melakukan tindak pidana internasional yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat disebutkan dalam pasal 8,16,17 dan 18.
Tentu saja, setelah kekalahan telak Israel melawan kekuatan gerakan perlawanan Palestina yang semakin menunjukkan kelemahan pertahanan Israel, negara-negara Eropa dan Amerika sedang berjuang dan berusaha menjamin eksistensi rezim penjajah ini dengan mengintensifkan dukungan militer, politik dan media.
"Para penjahat dunia menyaksikan bahwa rezim Zionis tengah hancur akibat pukulan keras dan menentukan pejuang Palestina; Oleh karena itu, melalui kunjungan dan ungkapan solidaritas serta pemberian alat-alat kejahatan seperti bom dan senjata lain, mereka berusaha dengan paksa mempertahankan rezim yang terluka dan hancur ini," pungkasnya. [Tp]