telusur.co.id ─ Moto3 Amerika 2021 di Circuit of the Americas (COTA), Austin, berakhir kelam dengan terjadinya kecelakaan horor.
Pentolan MotoGP, Valentino Rossi, mengkritik keputusan operator atau penyelenggara Moto3 yang mengulang lima lap usai terjadi kecelakaan pertama. Karena, memulai balapan dengan lima lap sesuatu yang salah, terlalu berbahaya.
"Para pembalap Moto3 sudah tidak terkendali, terlebih dalam balapan lima lap. Masalahnya mereka sudah gila, mereka terlalu agresif. Mereka sudah diajari untuk agresif sejak usia muda,” kata Rossi dikutip dari Motorsport, Rabu (6/10/21).
Kecelakaan pertama dialami Filip Salac yang terjatuh di tikungan 11 pada lap 8. Pembalap CarXpert Prustel GP itu mengalami selip ban hingga terpental. Bahkan insiden ini membuat sarung tangan kanannya terlepas.
Penyelenggara lalu mengibarkan red flag untuk menghentikan balapan sementara. Setelah Salac dikonfirmasi dalam kondisi sadar, lomba dilanjutkan.
Keputusan penyelenggara untuk terus menggelar balapan harus diulang lima lap, di balapan kedua, kecelakaan hebat kembali terjadi. Kali ini melibatkan Pedro Acosta, Deniz Oncu, Andrea Migno, dan Jeremy Alcoba.
Pada insiden itu, Alcoba terjatuh setelah bersenggolan dengan Deniz Oncu yang mengakibatkan tiga pembalap di belakangnya terpental. Beruntungnya, tidak mengalami cedera serius dan langsung bangkit.
"Bagi saya hari ini mereka membuat kesalahan karena membuat Moto3 restart selama lima lap, dan itu terlalu berbahaya untuk lima lap. Ini seperti Roulette Rusia,” ujar Rossi.
Oncu dinyatakan bersalah karena tindakannya dinilai sangat berbahaya. Hingga akhirnya, ia dijatuhi hukuman larangan dua kali balap, yakni di Seri Emilia Romagna dan Seri Algarve.
The Doctor, julukan Rossi, pun sepakat dengan hukuman ini. Namun, lagi-lagi dia mengkritik keputusan untuk kembali memulai balapan setelah ada bendera merah pertama karena sama saja seperti perjudian nyawa.
"Ini hal yang paling penting daripada mendapatkan satu posisi karena di sini Anda (penyelenggara) bermain dengan nyawa para pemain muda dan itu berpotensi menjadi bencana,” tutupnya.[Tp]
Laporan: Nadhifa Putri Nauramiyanti