telusur.co.id - Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa “Israel tidak membuat kemajuan sebanyak yang diharapkan dalam melawan Hamas di Gaza”.
Dikutip NBC News, pejabat itu juga menyebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan rakyat yang semakin besar untuk pembebasan tahanan di Gaza.
Dia menilai komentar Netanyahu mengenai perjanjian pertukaran yang akan datang mencerminkan pengaruh anggota sayap kanan dalam koalisinya, dan bukan pendiriannya.
Pada hari ke-119 perang di Gaza, tentara Israel pada hari Kamis (1/2/24) terus melakukan pengeboman di berbagai wilayah di Jalur Gaza, dan konfrontasi mereka dengan faksi-faksi perlawanan Palestina di sejumlah poros yang terus berlangsung.
Tentara Israel mengumumkan penarikan Brigade Pasukan Terjun Payung ke-55 dari Khan Yunis, dan terlukanya lima perwira dan tentaranya.
Bersamaan dengan ini, Tepi Barat diwarnai serbuan Israel ke berbagai wilayah. Dengan meningkatnya serangan pemukim, Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif untuk mengambil tindakan terhadap kegiatan yang merusak perdamaian di Tepi Barat, dan mengatakan bahwa kekerasan pemukim Zionis di Tepi Barat melemahkan keamanan Israel.
Pernyataan terus berlanjut mengenai kemungkinan mencapai kesepakatan antara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Israel untuk pertukaranan tahanan dan penghentian pertempuran, di tengah laporan mengenai tekanan AS untuk mencapai gencatan senjata jangka panjang.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengungkapkan kekhawatiran Mesir terhadap perluasan konflik di kawasan.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Abdullahian dan Shoukri menekankan dalam seruannya bahwa menghentikan perang di Gaza adalah kunci perdamaian di kawasan. [Tp]