telusur.co.id - Harga kedelai impor yang makin mencekik, membuat para perajin atau produsen tempe dan tahu di sejumlah daerah akan berhenti produksi. Mereka menghentikan produksinya selama tiga hari, mulai hari ini Senin hingga Rabu.
Terkait itu, anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo meminta, para pengrajin tahu tempe agar tidak mogok massal. Karena, itu bukanlah jalan keluar.
"Saya sampaikan bahwa perajin tahu tempe mogok itu bukan salah satu jalan keluar. Karena persoalan harga kedelai yang mengalami kenaikan fluktuatif yang cukup tinggi itukan ada beberapa penyebab," ujar Firman, kepada wartawan, Senin (21/2/22).
Firman memaparkan, efek kenaikan kedelai, karena Amerika Serikat (AS) ditimpa musibah cuaca tidak menentu. Akibat cuaca itu biaya-biaya produksi, setelah pandemi, slow down-nya mulai meningkat semua.
"Jalan mogok bukan jalan keluar, yang ada sekarang Pemerintah kita desak untuk bagaimana mengatasi jangka pendeknya," tuturnya.
Menurut Firman, selama kedelai mengalami fluktuatif harga karena di negara central mengalami problem, pasti hilirnya mengalami hal serupa.
"Karena sekarang ini, kalau terjadi gejolak jalan pintas pasti impor ini tidak menyelesaikan masalah, karena masalah kedelai naik bukan hanya sekali atau dua kali ini saja hampir setiap tahun terjadi," tegasnya.
Politikus Partai Golkar ini menilai, kenaikan harga kedelai dengan rencana aksi mogok oleh pengrajin tahu tempe bisa dimanfaatkan oleh para importir untuk mencari keuntungan sehingga bisa menimbulkan gejolak harga.
"Saya menyarankan agar tidak usah demo dan mengurungkan niatnya, malah saya khawatirkan ada kelompok-kelompok importir memanfaatkan ini supaya harga apapun impor saja. Karena ini akan terjadi gejolak harga," ujarnya.
Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR ini pun menyarankan kepada pengrajin tahu tempe untuk melakukan improvisasi atau memanipulasi besaran ukuran tempe.
"Saya sarankan dimanipulasi saja kalau dulu besaran tempe 50 gram diturunkan menjadi 35 atau 30 gram atau 40 gram itu bisa jadi pertimbangan agar psikologis mereka terjamin," tandasnya.
Sebelumnya, para perajin tahu dan tempe di ibu kota yang tergabung dalam Puskopti DKI Jakarta berencana mogok produksi dan berjualan mulai 21 hingga 23 Februari 2022. Rencana tersebut tak lepas dari harga kedelai yang naik.[Fhr]