telusur.co.id - Ribuan warga Palestina melarikan diri dari kota Gaza pada hari Jumat ke arah selatan setelah peringatan dikeluarkan oleh tentara Israel dan ditolak oleh Hamas untuk meninggalkan rumah mereka sebelum dilancarkan serangan terhadap Hamas sebagai tanggapan atas serangan paling berdarah dalam sejarah Israel.
Seruan tentara Israel itu dinyatakan enam hari setelah pejuang Hamas menembus pagar perbatasan dan menewaskan lebih dari 1.300 orang Israel, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi Israel di Gaza “hanyalah permulaan.”
Di Jalur Gaza yang terblokade total, 1.900 warga Palestina, termasuk 583 anak kecil, gugur dan lebih dari 7.388 orang lainnya terluka akibat pemboman intensif Israel, menurut jumlah korban terbaru dari Kementerian Kesehatan Hamas pada hari Jumat (13/10/23), dikutip Rai Al Youm.
Penduduk yang tinggal di Jalur Gaza utara berangkat dengan mobil, motor, truk, dan berjalan kaki, menurut koresponden AFP, ketika perang antara Israel dan Jalur Gaza memasuki hari ketujuh dan kemungkinan invasi darat meningkat. .
Pada Jumat pagi, tentara Israel meminta “semua penduduk Kota Gaza untuk mengungsi dari rumah mereka dan menuju ke selatan untuk melindungi diri mereka dan berada di selatan Lembah Gaza“ dan “tidak akan diizinkan kembali ke Kota Gaza sampai ada pernyataan yang mengizinkannya”.
Menurut koresponden AFP, tak lama setelah itu, tentara Israel menjatuhkan selebaran berbahasa Arab di langit Gaza yang mendesak warga segera mengungsi dari rumah mereka di kota tersebut, disertai gambar peta Gaza dengan panah yang menunjukkan wilayah selatan Jalur Gaza.
Perdana Menteri Palestina Muhammad Shtayyeh dalam konferensi pers pada hari Jumat mengatakan, “Israel melakukan genosida terhadap rakyat kami di Jalur Gaza. Gaza telah menjadi daerah bencana.”
Komite Palang Merah Internasional memperingatkan bahwa serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel tidak membenarkan penghancuran Jalur Gaza, dan menyerukan “jeda dalam pertempuran.”
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres di hari yang sama sebelum pertemuan Dewan Keamanan mengingatkan mengenai eskalasi antara Israel dan Gaza dengan mengatakan, “Bahkan perang pun memiliki aturannya.”
Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa “situasi di Gaza telah mencapai tingkat yang berbahaya,” dan menekankan bahwa “sistem kesehatan berada di ambang kehancuran” dan “kamar mayat penuh sesak,” selain “krisis air”.
Menanggapi seruan Israel agar penduduk Gaza mengungsi, dia mengingatkan, “Memindahkan lebih dari satu juta orang melalui zona perang yang padat penduduk ke daerah tanpa makanan, air, atau tempat tinggal, sementara seluruh sektor dikepung, sangatlah berbahaya, dan terkadang tidak mungkin.” [Tp]
Jumlah Korban Jiwa Akibat Amukan IsraelBertambah Jadi 1900 Orang

Gaza porak poranda setelah dibombardir Israel. (Foto: ABC News).