telusur.co.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi meluncurkan program “Indonesia Makin Cakap Digital” pada tahun 2021.
“Dalam perjalanannya program literasi digital telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 515 kabupaten dan kota di 34 provinsi. Kegiatan ini berfokus pada peningkatan wawasan dan kecakapan yang diukur berdasarkan empat pilar digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital," ujar Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abriijani Pengerapan.
Kemenkominfo akan terus meningkatkan pencapaian tersebut dengan menyasar kelompok-kelompok strategis di masyarakat. Untuk meningkatkan skor indeks literasi digital Indonesia ke level baik, Kemenkominfo secara konsisten akan terus menjalankan kegiatan literasi digital.
“Pada tahun 2022 akan diberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta masyarakat agar tujuan peningkatan skor indeks literasi digital dapat tercapai dan peningkatan kecakapan digital tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal," kata Menkominfo Johnny G. Plate, dalam sambutan program Makin Cakap Digital.
Kominfo bersama Siberkreasi kembali menyelenggarakan webinar untuk kelompok masyarakat di wilayah Sumatra. Webinar dengan tema “Konsep Bisnis Digital: Pemasaran Berbasis Tiktok Ads” ini dihadiri lebih dari 1.300 orang.
Hadir sebagai narasumber dalam webinar tersebut, yakni Fajria Fatmasari, Kepala Inkubator Bisnis Politeknik APP Jakarta & Praktisi Literasi Digital; Rizki Nugroho, Co-founder Paberik Soeara Rakjat; serta Tio Prasetyo, Chief Business Officer Paberik Soeara Rakjat.
Dalam webinar tersebut, Fajria Fatmasari membahas mengenai konsep pemasaran berbasis tiktok ads ditinjau dari perspektif kecakapan digital. Dia memaparkan, ada enam jenis iklan yang perlu diketahui sebelum memulai melakukan ads.
"Pertama, in-feed video. Kedua, brand takeover. Ketiga, hashtag challenge. Ke empat, branded augmented reality. Ke lima TOP Video. Terakhir view ads," kata Fajria.
Lalu Tio Prasetyo membahas mengenai konsep pemasaran berbasis tiktok ads dari perspektif etis digital. Kata dia setidaknya ada tiga etika yang perlu diketahui dalam menggunakan tiktok ads.
"Pertama, tidak boleh menggunakan konten atau foto produk lain. Kedua, tidak boleh membuat konten promosi yang menjelekan produk lain. Terakhir, selalu memberikan informasi yang jujur kepada konsumen," ujar Tio.
Lebih lanjut Pradipta Nugrahanto melengkapi pembahasan mengenai konsep pemasaran berbasis tiktok ads ditinjau dari perspektif pilar aman digital. Ada tiga tips sederhana yang dapat dilakukan dalam melindungi konten dari kejahatan digital.
"Pertama, tidak sembarangan membuka link atau web yang bukan dari sumber yang terpercaya. Kedua, selalu menggunakan watermark setiap kali memposting konten ke ruang digital. Terakhir, selalu membaca dengan baik setiap kali ada notifikasi jangan asal ya atau terima saja," papar Pradipta. (Fhr)