Haornas 2025: DBL Indonesia Bangkitkan Semangat ‘Olahraga Satukan Kita’ - Telusur

Haornas 2025: DBL Indonesia Bangkitkan Semangat ‘Olahraga Satukan Kita’

Opening DBL Indonesia Final 2024. Foto: DBL Indonesia.

telusur.co.id -Tahun ini, Indonesia merayakan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-42, bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan RI. Dengan mengusung tema "Olahraga Satukan Kita", Haornas 2025 menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa olahraga tidak hanya tentang prestasi, tetapi juga sarana mempererat persatuan bangsa.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai pihak penyelenggara menegaskan, tema ini dipilih sebagai respons terhadap situasi sosial politik nasional yang memanas belakangan ini. Puncak gejolak sosial itu terjadi lewat aksi demonstrasi di berbagai daerah pada akhir Agustus lalu.

Lewat olahraga, pemerintah berharap masyarakat bisa kembali pada nilai-nilai sportivitas, saling menghormati, dan kebersamaan. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo, yang akrab disapa Dito, dalam sambutannya pada pedoman pelaksanaan Haornas 2025.

“Olahraga mengajarkan kita sportivitas, menghormati lawan, dan menerima hasil dengan lapang dada. Nilai-nilai ini adalah teladan yang bisa kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Dito.

Ia menambahkan, kemenangan terbesar dalam olahraga bukan hanya soal mengangkat piala, tetapi ketika kita mampu saling menghargai, saling mendukung, serta menjadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk bersatu.

Sebagai perusahaan sports management, DBL Indonesia menjadi salah satu pihak swasta yang telah lama menerapkan semangat yang diusung pemerintah melalui tema Haornas tahun ini. Sejak pertama kali menyelenggarakan kompetisi basket pelajar pada tahun 2004, nilai-nilai seperti sportivitas, saling menghormati, dan kebersamaan telah menjadi pilar utama penyelenggaraan DBL.

Salah satu bentuk nyata nilai tersebut adalah penerapan sistem "Respect the Game", yang diadopsi DBL sejak tahun 2016. Sistem ini mengatur agar tim yang unggul 20 poin wajib bertahan di area setengah lapangan sendiri (half court), memberikan kesempatan tim yang tertinggal untuk mengejar skor.

“Aturan itu diberlakukan agar student athlete bisa mengembangkan permainan mereka. Tidak hanya itu, Respect the Game juga digunakan untuk menumbuhkan daya juang mereka di lapangan,” kata Astrid Septiana Putri, Senior Manager Event DBL Indonesia.

Tak hanya berdampak pada teknis pertandingan, sistem ini juga membentuk mental para pemain. Tim yang tertinggal dapat mengevaluasi strategi penyerangan, sementara tim unggul dipaksa tetap disiplin dan fokus dalam bertahan. Hasilnya, tak jarang terjadi kejar-kejaran skor yang dramatis dan penuh semangat juang.

Nilai sportivitas tidak hanya ditanamkan kepada para pemain. Di DBL, setiap tim pemenang wajib memberikan penghormatan kepada lawannya usai pertandingan. Setelah selebrasi singkat, tim pemenang harus mendatangi bench tim lawan untuk bersalaman dan menunjukkan rasa hormat. Tak hanya itu, kedua tim juga diwajibkan memberikan penghormatan kepada suporter masing-masing dari tribun.

Dari sisi suporter, DBL menerapkan aturan ketat untuk menjaga sportivitas. Suporter dilarang meneriakkan yel-yel yang mengandung unsur provokatif, kasar, rasis, atau bullying. Namun lebih dari sekadar larangan, DBL juga memberikan ruang ekspresi positif.

Setelah pertandingan, suporter diberi kesempatan menyanyikan anthem sekolah mereka di lapangan bersama tim basket dan tim dance. Saat satu tim menyanyikan anthem, suporter tim lawan harus diam sebagai bentuk penghormatan.

Teguran hingga sanksi keras diterapkan bagi pelanggaran aturan ini. Salah satu sanksi berat adalah skorsing tim basket bila suporternya terbukti tidak menjunjung sportivitas. Nilai kompetisi DBL yang tinggi membuat para peserta sangat menghindari sanksi semacam ini.

Tak hanya hukuman, DBL juga memberikan penghargaan kepada suporter terbaik. Sejak 2008, berbagai penghargaan diberikan, seperti Best Chant, Best Choreo, Best Coordinator Supporter, hingga Most Discipline Supporter. Penghargaan ini menciptakan persaingan sehat di antara para pendukung dan menjadi kebanggaan tersendiri.

Dalam pidatonya, Menpora juga memaparkan lima langkah konkret pembangunan olahraga nasional. Tiga di antaranya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dan dua lainnya memerlukan kolaborasi antara berbagai sektor, termasuk swasta dan masyarakat.

Salah satu poin yang relevan dengan DBL adalah penguatan pembinaan prestasi atlet berbasis sport science. Meski bukan program pemerintah, DBL Indonesia telah lama mengadopsi pendekatan ini. Misalnya, DBL menyelenggarakan tes fisik bagi peserta untuk memantau perkembangan mereka, seperti tinggi badan, berat badan, arm span, dan vertical jump.

Banyak sekolah peserta juga secara mandiri bekerja sama dengan kampus atau pihak swasta untuk menyusun program latihan dan pemantauan fisik. Langkah ini membuktikan bahwa pembinaan olahraga bisa berjalan optimal melalui kolaborasi antara sekolah, komunitas, dan pihak profesional.

Langkah keempat yang disampaikan Menpora adalah mendorong pertumbuhan sport industry dan sport tourism. Meski berskala pelajar, DBL Indonesia terbukti berperan besar dalam menciptakan dampak ekonomi lokal.

Kompetisi ini digelar di 31 kota di 22 provinsi. Dalam setiap penyelenggaraan, rata-rata terdapat 35 kru lokal yang terlibat. Secara total, lebih dari 1.000 tenaga kerja lokal terserap tiap tahun, sebagian besar adalah anak muda dengan status freelancer project.

Belum termasuk vendor lokal seperti konsumsi, kebersihan, keamanan, kesehatan, serta tim pertandingan (wasit, statistik, dan teknis). Kehadiran DBL di daerah mendorong perputaran ekonomi, keterlibatan UMKM, hingga meningkatnya kunjungan masyarakat ke venue pertandingan.

Langkah kelima yang ditekankan pemerintah adalah pentingnya kolaborasi lintas sektor. Olahraga tidak bisa dibangun hanya oleh Kemenpora atau pemda, tapi perlu dukungan semua pihak: pemerintah, swasta, media, akademisi, komunitas, dan masyarakat.

Dalam hal ini, DBL Indonesia menjadi contoh nyata. Selama 21 tahun berjalan, kompetisi ini tak hanya membina atlet muda, tapi juga membentuk karakter, menciptakan kebanggaan sekolah, menggerakkan ekonomi lokal, dan menjembatani kolaborasi lintas sektor.

Selamat merayakan Hari Olahraga Nasional ke-42. Semoga semangat persatuan melalui olahraga benar-benar menjadi kekuatan pemersatu bangsa.


Tinggalkan Komentar