telusur.co.id - Anggota Komisi II DPR RI, Mohammad Toha mengaku heran atas rendahnya tingkat partisipasi masyarakat pada pemungutan suara pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2024. Sebab itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus melakukan evaluasi mencari penyebabnya.
"Penurunan partisipasi itu menjadi bahan evaluasi, kenapa partisipasi pemilih bisa turun? apa penyebabnya?" Heran Toha dalam keterangannya kepada wartawan dikutip Minggu (1/12/24).
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) mengungkapkan, tingkat partisipasi masyarakat dibeberapa daerah di bawah 50 persen.
Padahal mulai Pilkada 2015 hingga 2020, tren partisipasi masyarakat alami kenaikan. Misalnya, pada Pilkada 2015 tingkat partisipasi mencapai 64,02 persen.
Pilkada 2017 mencapat 74,20 persen, Pilkada 2018 tingkat partisipasi mencapai 73,24 persen, dan Pilkada 2020 alami kenaikan tetapi tidak begitu signifikan mencapai 73,4 persen.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga menyoroti masa kampanye Pilkada 2024 yang terbilang cukup pendek. Menurutnya, hal tersebut akan menjadi perhatian bagi Komisinya di DPR.
"Tentu ini harus dikaji secara mendalam," ujar dia.
Lebih lanjut, Toha mengatakan, persoalan lainnya yang menjadi problem adalah terkait pasangan calon yang diusung oleh banyak partai politik maupun independen yang kurang diterima masyarakat.[Fhr]