telusur.co.id - Ratusan relawan Tim Merah Putih bersama dengan Tim Hukum Merah Putih melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (24/3/22). Aksi tersebut digelar untuk memastikan kebenaran pemecatan Immanuel Ebenezer atau Noel dari posisi komisaris anak perusahaan BUMN, PT Mega Eltra.
Koordinator Lapangan Tim Merah Putih Marlin Bato mengatakan, pemecatan Noel merupakan kemenangan bangsa dan Pancasila. Tim Merah Putih hanya ingin tidak ada lagi radikalisme di tubuh Kementerian BUMN.
"Sehingga keberhasilan kita hari ini bukan untuk bersenang-senang, karena perjuangan masih sangat panjang," ujar Marlin.
Menurut Marlin, dia masih menganggap Noel sebagai teman. Namun diakuinya kualitas perteman itu tentunya sudah berbeda, karena haluan Noel telah berbeda.
"Ibaratnya seperti minyak dan air yang pasti tidak bisa untuk disatukan kalau memang garis perjuangannya sudah beda. Tapi kalau dia masih satu gerbong dan seperjuangan dengan kita, fine-fine saja tidak ada masalah dengan itu," jelasnya.
Sementara itu koordinator tim hukum Merah Putih C Suhadi mengapresiasi sikap Kementerian BUMN yang telah memberhentikan Immanuel Ebenezer.
"Artinya perjuangan Tim Merah Putih ini sudah selesai pada Noel, tapi kepada yang lain belum. Sebab siapapun yang melakukan hal-hal seperti ini kita tidak segan segan dan turun dengan kekuatan ataupun semangat yang sama," ujar Suhadi.
Suhadi mengimbau agar semua pihak waspada dengan sikap intoleransi, karena sikap itu merupakan musuh bangsa dan negara. Dia menegaskan, akan terus menjaga kesatuan dan persatuan NKRI, karena NKRI adalah harga mati.
"Sekali lagi saya mengapresiasi kepada Bapak Presiden Jokowi dan juga Bapak Erick Thohir yang telah mengambil tindakan tegas. Siapapun yang memiliki paham radikalisme di lingkungan BUMN harus disingkirkan," tegasnya.
Salah satu relawan Merah Putih Sisca Rumondor menjelaskan, dirinya sempat dilaporkan oleh Immanuel Ebenezer. Dia mengaku masih berteman dengan Noel secara pribadi, namun sikapnya yang menjadi pengikut radikal tidak bisa dikompromi.
"Di sini saya sebagai relawan perempuan dan juga seorang ibu merasa sangat bersyukur dan berterimakasih apa yang sudah banyak terjadi. Walaupun dia seorang teman ketika sudah memiliki paham radikalisme maka tidak pernah ada kata teman, karena jika dibiarkan akan merugikan keutuhan bangsa dan negara ini," pungkasnya. (Ts)