telusur.co.id - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta mengatakan bahwa situasi Palestina saat ini berada pada tahap yang sangat krusial. Ia menguraikan saat ini ada tiga sikap di Israel mengenai Palestina. 

Yang pertama, kata Sukamta, adalah orang-orang yang mau menerima koeksistensi hidup bersama antara Israel sebagai warga dengan Palestina sebagai warga. Yang kedua, mereka yang mendukung koeksistensi dua negara: Israel dan Palestina berdampingan. 

"Ketiga, sikap ekstrem yang tidak mau menerima dua negara dan hanya menginginkan satu negara Israel di tanah yang dulu bernama Palestina," kata Sukamta dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk "Aksi Demo Bela Palestina Menyebar ke Seluruh Dunia! Peran Penting Indonesia Dinanti" di Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/24).

Sukamta menyayangkan bahwa kelompok ekstrem paling kanan ini kini sedang berkuasa di Israel, baik pemerintah, partai, maupun rakyatnya. 

"Mereka memberi ultimatum kepada Palestina, perang sampai warga Palestina habis, Palestina boleh tinggal tapi tanpa pemerintahan sendiri dan tanpa hak pilih, atau seluruh warga Palestina harus pergi dari tanah Palestina," ungkap Sukamta. 

"Dengan peristiwa di Gaza sekarang ini, kita melihat usaha untuk membersihkan Gaza dari penduduk Palestina," sambungnya.

Sukamta menuturkan, awalnya dirinya menduga Israel hanya akan membebaskan sandera dan melumpuhkan Hamas. Tapi kemudian ternyata melumpuhkan Hamas itu tidak bisa ketika masih ada warga negara Palestina di situ. 

"Maka dilakukanlah upaya pembersihan seluruh sarana kehidupan, infrastruktur, jalan-jalan pemerintahan, sejarah, yang ada di Gaza semua dihancurkan. Bahkan fasilitas untuk menunjang kehidupan dihancurkan, seperti rumah-rumah sakit dan sekolah," ungkap Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS ini.

Sukamta semakin yakin bahwa yang ingin dilakukan Zionis Israel adalah genosida ketika bantuan mie instan dari Indonesia untuk pengungsi dirampas, dirampok, diinjak-injak sampai tidak bisa lagi dikonsumsi. 

"Ini berarti sudah genosida kalau gitu. Orang dibuat lapar, yang sakit enggak bisa diobati, tempat ini enggak bisa dihuni lagi," ungkapnya.

Oleh karena itu, Sukamta menekankan pentingnya peran Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina sesuai amanah konstitusi UUD 1945. 

"Kita harus kreatif dan pintar untuk memaksa semua pihak mendengarkan aspirasi kemerdekaan bangsa Palestina. Kita perlu action agar kekerasan di Gaza segera berhenti," tegasnya.

Menurutnya, kekuatan ekonomi bisa menjadi alat tekanan yang efektif. Menurutnya, Indonesia punya banyak hal yang tidak dimiliki bangsa lain, seperti pasar besar dan sumber daya alam yang banyak. Dan posisi Indonesia secara geografis ini dibutuhkan oleh banyak negara besar.

"Jangan sekali-kali kompromi membuka hubungan diplomatik dengan Israel, karena itu satu-satunya kartu truf yang kita punya," ujar Sukamta.

"Saya berharap para pemimpin nasional menggunakan segala kartu yang dimiliki untuk kepentingan besar membela kemerdekaan Palestina," pungkasnya. [Tp]