telusur.co.id - Bareskrim Polri memutuskan mengambil alih penyelesaian kasus investasi bodong berkedok koperasi yang menimpa sejumlah daerah. Kasus ini ditengarai menjerat lebih dari 30 ribu orang, dengan kerugian mencapai Rp 1 triliun.
Salah satu korban yaitu Sri Hartiningsih, wanita yang berteriak kepada Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dalam Rapat Kerja Komisi III DPR, Rabu (12/4/23).
Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto mengatakan, tindakan ini dilakukan berdasarkan hasil rapat bersama antara penyidik Polri yang menangani awal perkara dengan para korban dan Bareskrim Polri. Rapat sebelumnya dilaksanakan di Bareskrim Polri, Jakarta.
“Keputusan rapat tadi demikian agar bisa ditangani secara komprehensif,” kata Agus dalam keterangannya, Kamis (13/4/23).
Menurut Agus, peristiwa tersebut terjadi di sejumlah provinsi sehingga untuk mempermudah merekonstruksi perkaranya lebih komprehensif. Hal tersebut menjadi salah satu alasan kasus diambil alih ke Bareskrim Polri.
“Kejadian lintas provinsi itu, menurut saya lebih tepat ditarik ke Bareskrim agar lebih pas merekonstruksikan,” katanya.
Terkait pengakuan korban tentang laporannya yang sudah dilayangkan tetapi tidak diproses Bareskrim Polri, Agus membantah hal tersebut. Katanya, laporan tersebut berjalan dan sedang diproses penyidik.
“Berjalan prosesnya, hanya mungkin tidak tuntas dan sebagian terhalang dengan proses kepailitan yang diciptakan,” jelasnya.
Sementara itu, Sri Hartiningsih yang didampingi tim penasihat hukumnya usai bertemu dengan Kabareskrim Polri mengatakan, ia menjadi korban penipuan investasi bodong Koperasi NMSI berkedok kemitraan budi daya klanceng (lebah madu).
Menurut dia, korban mencapai 30 ribu orang dan kerugian total seluruh korban mencapai Rp 1 triliun. (Tp)