telusur.co.id - Tindakan dari Staf Khusus Presiden Jokowi, Andi Taufan Garuda Putra yang menyurati para camat se-Indonesia dengan menggunakan kop Sekretariat Kabinet  agar mendukung relawan perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menanggulangi Covid-19, menjadi buah bibir publik.

Aktivis kemanusiaan Natalius Pigai mengaku heran dengan Stafsus yang masih tercatat sebagai CEO Amartha itu, yang sebelumnya terlihat jauh dari praktik perdagangan pengaruh jabatan.

 "Saya kira anak kecil ini dia polos, jujur, dan bermoral sebelum masuk Istana," kicau Pigai di akun Twitternya, Selasa (14/4/20). 

Kendati demikian, mantan Komisioner Komnas HAM itu tak kaget dengan iklim di Istana Negara yang kerap menggerus moral para pejabat di dalamnya. 

"Jika surat ini benar, saya sudah duga ada vandalisme moral dan salah satu potret Istana hari ini. Tidak pantas dijadikan panutan," tegasnya. 

Pigai menilai, tindakan pria berusia 32 tahun itu masuk ke dalam kategori perdagangan pengaruh jabatan. Dimana, perilaku tersebut tak dibenarkan dalam pemerintahan.

 "Ini sudah masuk kategori dagang pengaruh jabatan. Apalagi dia sudah menunjuk perusahannya sendiri berniat jahat atau penyalagunaan jabatan," tukasnya.

Andi Taufan, sebelumnya, sudah mengakui adanya surat tersebut. Ia kemudian meminta maaf dan menarik surat yang sudah ditandatangani sejak 1 April 2020 lalu itu. 

"Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut," kata Andi Taufan dalam surat terbukanya.[Fhr]