telusur.co.id - Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny susetyo menyatakan, cita-cita pendirian Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah untuk menjaga kerukunan beragama dengan koridor Pancasila.
Menurutnya, FKUB tidak hanya sebagai penyelesai sengketa pendirian rumah ibadah saja, namun menjadi rumah bersama dan katalisator para tokoh agama dan masyarakat untuk mencegah konflik horizontal terkait keagamaan.
"Fungsi FKUB dengan tokoh-tokoh di dalamnya diharapkan mampu menjaga kedamaian, keamanan dan Indonesia yang bersatu serta selalu dapat menjauhkan diri dari kepentingan politik sesaat dan menjadi negarawan yang sudah selesai dengan dirinya sendiri," kata Romo Benny dalam acara Silaturahmi Tokoh Agama Kepulauan Riau dan Dialog Kerukunan Umat Beragama di Batam, Kamis (16/12/21).
Romo Benny menegaskan, FKUB harus mampu menanamkan bahwa saudara berbeda agama adalah saudara dalam kemanusiaan. Karenanya, moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari harus ditanamkan.
"Contoh paling kongkrit, mencintai Tuhan dengan mencintai sesama ciptaannya," papar Romo Benny.
Sementara itu, mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, moderasi adalah isu strategis. Sebab, kehidupan yang makin mengglobal dan banyak sekali pandangan tentang agama yang tak jarang memicu polemik dalam masyarakat.
"Terkait moderasi juga perlu diingat bahwa istilah yang benar adalah moderasi beragama, bukan moderasi agama. Agama adalah ajaran yang benar dan dalam pelaksanaannya tidak perlu di moderasi," ucapnya.
Bagi dia, moderasi beragama diperlukan karena saat ini mengemuka fenomena mereka yang mengaku beragama, tapi mengingkari nilai keberagaman. Mereka cenderung eksklusif, segragratif dan konfrontatif.
Padahal, agama hadir agar manusia menjaga nilai-nilai kemanusiaannya dan menjadi inklusif, integratif dan koperatif dalam berkehidupan sebagai manusia dalam masyarakat.
"Agama berujung kepada kedamaian dan selalu saling membangun menuju kebaikan, bukan sebaliknya," ungkap Lukman.
Moderasi Beragama, lanjut dia, hadir untuk mengembalikan pola pikir masyarakat Indonesia bahwa agama hadir untuk memanusiakan manusia. "Jadi, janganlah keberagamaan justru merusak anugrah yang tuhan berikan kepada kita," tutupnya.[Fhr]