telusur.co.id - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengomentari pernyataan Ketua PA 212 Slamet Maarif mengancam akan sweeping warga negara India, jika mereka tidak ditemui oleh Dubes India untuk Indonesia Pradeep Kumar Rawat guna berdialog soal kekerasan yang dialami umat Islam di India.
Ancaman itu disampaikan Slamet dalam orasinya di Aksi Bela Muslim India yang digelar PA 212, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) dan Front Pembela Islam (FPI) di depan Kedubes India, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (6/3/20) lalu.
Novel mengatakan, dirinya hadir dalam aksi tersebut bahkan berada di atas mobil komando, namun baru mengetahui adanya pernyataan Slamet soal rencana sweeping warga negara India itu lewat pemberitaan di media online.
"Saya memang hadir di Aksi Bela Muslim India dan sempat ada di mobil komando atau mobil sound, tapi pernyataan itu saya sih gak mendengar secara langsung. Karena ketika itu mungkin saya lagi turun ke bawah atau saya belum hadir," kata Novel kepada wartawan, Minggu (8/3/20).
Menurutnya, jika benar ada pernyataan Slamet seperti yang diberitakan media, maka itu merupakan pernyataan pribadi dan bukan sikap resmi dari PA 212.
Pasalnya, Novel menyebut, sikap resmi PA 212 bersama FPI dan GNPF-U telah disampaikan melalui keterangan tertulis kepada wartawan, dimana dalam pernyataan bersama itu tidak ada satupun poin soal rencana sweeping warga negara India.
"Kalaupun itu ada pernyataan seperti itu, jelas pernyataan pribadi. Karena saya sebagai Ketua Media Center PA 212 sudah menyampaikan rilis resmi dari pernyataan FPI , PA 212 dan GNPF Ulama sebagai sikap resmi dan jelas," ungkapnya.
"Pernyataanya tidak ada aksi sweeping, dan saya mendapatkan pernyataan resmi itu dari Ketum PA 212 secara langsung," pungkas Novel.
Sebelumnya diberitakan, perwakilan massa PA 212, GNPF-U dan FPI gagal bertemu dengan pihak Kedubes India saat menggelar Aksi Bela Islam India di depan Kedubes India, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (6/3/2020). Mereka dijanjikan akan ditemui pekan depan.
Mengenai hal itu, Slamet Maarif pun memberikan waktu hingga Jumat (13/3/2020) kepada pihak Kedubes India untuk memenuhi kesepakatan tersebut. Jika janji itu tidak dipenuhi, lanjut Slamet, pihaknya akan melakukan sweeping terhadap warga India di Indonesia.
"Saya kasih peringatan kalau sampai Jumat besok mereka tidak punya niat baik untuk bertemu dengan kita, untuk menerima ulama-ulama kita, maka mulai Jumat depan kita sudah sepakat akan bergerak untuk tidak membiarkan bendera India berkibar di Indonesia," kata Slamet dikutip dari detik.com, Jumat (6/3/2020).
"Jangan salahkan kami kalau Jumat depan, mereka tak temui kami, anak yang datang akan men-sweeping warga India di Indonesia, Saudara," tegas Slamet.[Fhr]