Sindir Moeldoko, Andi Mallarangeng: Sah Saja Punya Nafsu Kekuasaan, Tapi Bikin Partai Sendiri - Telusur

Sindir Moeldoko, Andi Mallarangeng: Sah Saja Punya Nafsu Kekuasaan, Tapi Bikin Partai Sendiri

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng. (Ist).

telusur.co.id - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko punya ambisi untuk maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024 mendatang. Demi mewujudkan ambisinya itu, Moeldoko mencari partai yang bisa menjadi kendaraan politiknya di Pilpres 2024, dan Demokrat adalah partai yang diincar mantan Panglima TNI itu.

Begitu disampaikan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menanggapi manuver Moeldoko merebut kursi kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Demokrat melalui KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat (5/3/21) lalu.  

Andi membeberkan, keinginan Moeldoko untuk nyapres terungkap dari cerita sejumlah pengurus DPC Partai Demokrat yang dibujuk untuk mendukung Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat.  

"Pak Moeldoko sudah bilang kepada kader-kader kami yang ditemuinya di hotel dan sebagainya itu bahwa dia (Moeldoko) memang sudah siap-siap untuk menjadi calon presiden di 2024, dan Demokrat menjadi kendaraan politik untuk dia," kata Andi dalam acara Satu Meja The Forum di Kompas Tv, Rabu (10/3/21). 

"Kita lihat dan dengar bahwa Pak Moeldoko ini memang dari dulu cari-cari kesempatan untuk masuk dalam politik dan segala macam," terang Andi. 

Bahkan, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut ada tulisan mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin yang mengatakan bahwa Moeldoko pernah menemui Jusuf Kalla (JK) untuk meminta dukungan menjadi Ketua Umum Partai Golkar. 

"Ada tulisan saudara Hamid Awaluddin mengatakan bahwa pernah dia (Moeldoko) menemui Pak JK minta didukung menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Jadi orang ini sejak dahulu memang punya nafsu syahwat kekuasaan,” ujar Andi.

Dia menegaskan, sah-sah saja jika Moeldoko ingin berkuasa, asalkan menggunakan partai sendiri sebagai kendaraan politik, bukan partai orang lain.

"Nggak apa-apa (punya nafsu kekuasaan), asalkan bikin partai sendiri aja," ujarnya. [Tp] 


Tinggalkan Komentar