telusur.co.id - Ada catatan di balik adanya pertemuan PDIP dengan Gerindra ,pengamat politik Ray Rangkuti melihat PDIP mulai menangkap sinyal makin tingginya kegelisahan dan ketidakpuasan di tengah masyarakat, atas kinerja pemerintah. Maraknya mural salah satu indikasi makin tingginya ketidak puasan dan juga protes masyarakat.
"Tentu, jika tidak dikelola dapat menimbulkan ketidakstabilan politik, " ujar Ray dalam keterangannya, Rabu (25/8/2021).
Ray mengindikasikan dengan mengikat Gerindra untuk tetap bersama-sama dalam kabinet dan nantinya di luar kabinet. Dalam kabinet, selain untuk memastikan pemerintah tetap dipertahankan, juga mengurangi dominasi 'anak emas' Jokowi: LBP.
"Sebab, peran LBP yang terlalu besar di dalam kabinet jelas menjadikan kader-kader terbaik PDIP dan Gerindra seperti kurang optimal. Tak satupun anggota kabinet dari partai ini yang dilibatkan di luar tugas pokok dan kewajiban masing-masinng sebagai anggota kabinet tertentu, " analisa Ray.
Taj hanya itu ada usaha merayu Gerindra untuk tetap dalam irama pencapresan 2024 yang akan datang. Tak dapat dipungkiri, posisi PDIP yang sepertinya telah kuat mendorong Puan Maharani untuk maju sebagai cawapres bagi Prabowo makin bulat.
Dan memang, inilah pilihan paling realistis dan pragmatis jika tetap dalam skenario Puan menuju RI 2. Mengapa dirayu? Sebab posisi Gerinda bisa luwes. Mereka bisa dan dapat berkoalisi dengan siapa dan partai manapun. Tak terkecuali dengan PKS, PD dan lainnya.
"Semua ketegangan politik akan mencair jika partai-partai ini melihat masa depan cerah jika bersama Prabowo dan Gerindra. Sementara PDIP sulit berzizag sebab hanya satu pilihan: mendorong ibu Puan M, " katanya.
Termasuk sambungnya, di dalam hitungan kemungkinan Prabowo dan Ganjar Prabowo dipasangkan di pilpres 2024 yang akan datang. Tentu bukan karena didorong oleh PDIP tapi kemungkinan didorong partai-partai lainnya. Tak menutup kemungkinan juga didorong oleh Jokowi. I
"tu, jika pak Prabowo misalnya tidak dipasangan dengan Jokowi yang bisa jadi berkenan dicalonkan sebagai cawapres nya pak Prabowo. Prabowo- Ganjar jelas dapat menjadikan mendulang suara besar. Keduanya memiliki elektabilitas yang berimbang, " paparnya.
Jika dipasangkan, jelas akan menjadi kekuatan yang sangat mampu bersaing dengan pasangan capres-cawapres manapun. Lalu siapa pendukungnya? Kalau lihat suara bisa kuat di pasangan ini, partai-partai lain bisa ketarik, PKB, PAN, PPP, Nasdem, bahkan Golkar bisa bergabung. Apalagi, misalnya, pasangan ini didukung oleh Jokowi. Tentu magnet untuk menarik partai lain bergabung akan semakin besar.
Tentu, skenario seperti di poin 4 berpotensi akan merugikan PDIP. Itulah sebabnya, jauh-jauh hari, perlu dibuatkan komitmen kuat agar Gerindra dapat bekerjasama dengan PDIP. Tapi, apakah Gerindra akan terus bersama dengan PDIP? Untuk memastikan pemerintah tidak mengalami gangguan stabilitas politik, Gerindar akan bersama dengan PDIP.
"Tetapi untuk capres dan cawapres? Tunggu dulu. Masih ada 2 tahun lagi ke depan. Dan dalam 2 tahun segala hal bisa berubah secara politik, " pungkasnya. (Fie)