telusur.co.id - Presiden Iran Sayyid Ebrahim Raisi mengutuk permusuhan Barat terhadap negaranya, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa merupakan dalang di balik gelombang kerusuhan yang pecah di Iran pada tahun lalu.
“AS dan beberapa negara Eropa, bersama dengan musuh Iran, menganiaya bangsa Iran dan menargetkan keamanan, ketenangan, bisnis, dan pikiran orang-orang tercinta kami dengan mengatur kerusuhan. Namun, orang-orang kami dengan sabar telah menggagalkan rencana mereka,” kata Presiden Raisi dalam pertemuan dengan anggota komite yang dibentuk untuk menyelidiki berbagai aspek kerusuhan 2022, seperti dikutip FNA, Rabu (16/8/23).
Dia juga menekankan bahwa tidak boleh ada ketidakadilan yang dilakukan terhadap satu orang pun dalam proses penyelidikan.
“Menyajikan narasi yang benar dan adil tentang insiden tersebut berdasarkan fakta, dokumen, dan laporan saksi mata, bebas dari bias apa pun, adalah salah satu tugas terpenting komite,” ungkapnya.
Presiden Iran menegaskan kembali bahwa perbaikan harus dilakukan berkenaan dengan semua orang yang haknya telah dilanggar selama kerusuhan atau dirugikan dengan cara apa pun.
Kerusuhan yang didukung asing pecah di Iran pada September tahun lalu menyusul kematian wanita muda Iran, Mahsa Amini, 22 tahun.
Dia pingsan di kantor polisi di ibu kota Teheran dan dinyatakan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit. Laporan resmi oleh Organisasi Kedokteran Hukum Iran menyimpulkan bahwa kematian Amini disebabkan oleh penyakit, bukan dugaan pukulan di kepala atau organ tubuh lainnya.
Komunitas intelijen Iran mengatakan beberapa negara, termasuk AS dan Inggris, menggunakan alat mata-mata dan propaganda mereka untuk memprovokasi kerusuhan dengan kekerasan di negara tersebut.
Para perusuh mengamuk dan secara brutal menyerang petugas keamanan serta menyebabkan kerusakan besar pada properti umum. [Tp]