telusur.co.id - Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menyatakan umat Islam di dunia tidak akan pernah mengabaikan tindakan penistaan terhadap kitab suci Al-Quran, yang terjadi belakangan ini di Swedia.
Dalam pidato pada momen sholat Jumat di kota Rafsanjan, di provinsi tenggara Kerman, Jumat (30/6/23), Raisi mengatakan “kitab ilahi yang paling berharga” telah diremehkan dalam beberapa hari terakhir di negara Barat yang mengklaim membela kebebasan berekspresi.
Dia mengatakan aksi demikian tidak hanya mengecewakan dua miliar Muslim tetapi juga para pengikut semua agama samawi.
“Penghinaan terhadap Al-Quran kita tercinta adalah penghinaan terhadap semua agama ilahi, kemanusiaan dan semua nilai ilahi, yang tidak akan ditoleransi oleh masyarakat Islam,” tegas Presiden Raisi, dikutip Parstoday.
Dilaporkan bahwa pada Rabu lalu dua pria yang berdiri di luar masjid di Stockholm, di ibu kota Swedia telah membakar naskah kitab suci Al-Quran. Aksi dilakukan ketika umat Islam sedang menyambut Idul Adha.
Sayid Raisi mengatakan bahwa para pemuda harus menyadari bagaimana mereka yang mengaku memperjuangkan kebebasan berekspresi secara arogan melakukan tindakan penistaan terhadap kesucian umat Islam.
“Mereka berbohong dan tidak mendukung kebebasan berekspresi dan berpendapat. Mereka menentang kebebasan dan berusaha memaksakan despotisme mereka dalam bentuk kebebasan berekspresi pada kemanusiaan,” ujarnya.
Presiden Iran mengatakan Al-Quran adalah manifestasi kebebasan yang mengajarkan kemanusiaan tetapi mereka yang menghina kesucian justru menentang kebebasan berekspresi.
Sementara itu, sejumlah penduduk dan mahasiswa Iran menggelar unjuk rasa protes anti penistaan Al-Quran di depan kedutaan Swedia di Teheran pada hari Jumat. Para pengunjuk rasa membawa plakat-plakat dan meneriakkan slogan-slogan menentang para pendukung gerakan tersebut dan menyerukan penghormatan terhadap kesucian agama-agama samawi.
Para demonstran menyerukan kalangan yang selama ini mengaku peduli HAMdi dunia untuk bereaksi terhadap tindakan keji di Swedia tersebut dan mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk mengungkapkan kemarahan atas penodaan tersebut.
Di hari yang sama, juru bicara Parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf mengecam pemerintah dan polisi Swedia karena, menurutnya, telah mempersiapkan alasan untuk tindakan keji terhadap Al-Quran tersebut.
Qalibaf di akun Twitternya memastikan bahwa umat Muslim di dunia menanggapi dengan tepat aksi konyol tersebut.
“Saya mengutuk keras ketidakhormatan dan sikap kurang ajar pemerintah dan polisi Swedia dalam mempersiapkan alasan untuk menghina Al-Quran dengan kedok kebebasan berekspresi dan bertindak,” cuitnya. Z