telusur.co.id - Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie, menangkap sinyal Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah jenuh dengan hasil kerja pembantunya. Terutama karena kasus COVID-19 masih terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang merosot.

Hal itu terlihat dari pidato Jokowi beberapa waktu lalu dan terus diulang saat rapat kabinet.

Kelelahan Jokowi, kata Jerry, harus langsung ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Ancaman reshuffle dinilai tak lagi mempan memperbaiki keadaan.

"Langsung saja tegas bertindak. Mana (menteri) yang kinerjanya buruk dan bikin gaduh ditendang saja,” kata Jerry kepada wartawan, Senin (5/10/20).

“Lagipula ada sikap ketidakpercayaan publik soal reshuffle. Jangan dibilang hanya sandiwara politik,” tambahnya.

Jerry menilai, bukan saatnya pemerintah asik bersandiwara dan melakukan pencitraan. Jokowi disebut harus berani keluar dari belenggu pembisik dan elite partai politik (parpol).

Orang nomor satu di Indonesia itu pun didesak segera ‘menendang’ menteri berkinerja buruk dalam penanganan pandemi. Nyawa masyarakat dan ekonomi negara menjadi taruhan.

"Tak perlu ada toleransi lagi (bagi menteri dengan kinerja buruk) kalau mau mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik,” tutur Jerry.

Sebelumnya, Jokowi kembali memerintahkan para pembantunya lebih baik lagi dalam bekerja terutama menciptakan program yang lebih tepat sasaran di tengah pandemi virus korona

"Semua harus terus kita perbaiki. Masih banyak kerja keras yang perlu dikerjakan. Kita harus terus melakukan penyesuaian kebijakan, mencari yang lebih baik," ucap Jokowi.

Keluhan Jokowi soal pembantunya bukan kali pertama. Dia sempat meluapkan kekesalannya kepada para menteri karena tidak menganggap Indonesia sedang mengalami krisis dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Kamis, 18 Juni 2020. [Tp]