telusur.co.id - Indonesia khususnya Papua kehilangan salah seorang putra terbaiknya Hendrik H.J. Krisifu. Ia merupakan Dekan Fakultas Hukum Universitas Cendrawasih (Uncen) Papua, yang juga pendiri Asosiasi Pengajar Hukum Adat Indonesia atau APHA Indonesia
"Selamat siang bapak dan ibu dosen serta tenaga kependidikan di lingkungan FH Uncen, sesuai info duka bahwa bapak dekan kita Dr. Hendrik H.J. Krisifu, S.H.,M.A. telah meninggal dunia tadi pagi jam 09.00 WIT di Rumah Sakit Abepura.
Kemungkinan dimakamkan siang ini, jadi kita ikuti terus perkembangan. Terima kasih, " ujar pesan yang diterima redaksi, Kamis (15/7/2021).
Dari info yang didapat, almarhum didiagnosa Malaria. Namun, dilakukan isolasu di RSUD Abepura.
Ketua Umum APHA Indonesia, Laksanto Utomo memaparkan, Hendrik merupakan seorang Doktor dari Universitas Padjajaran. Ia menjadi salah seorang tokoh yang ikut dalam Penelitian Ketahanan Pangan Masyarakat Papua.
Dalam pernyataan yang pernah dikutip redaksi terkait pemikiran Hendrik mengenai ketahanan pangan di Papua. DI tanah Cendrawasih itu, terdapat sejumlah makanan pokok selain sagu, yakni umbi-umbian di antaranya keladi dan petatas.
Makanan pokok masyarakat adat Papua tergantung zonasi mereka berada. Masyarakat adat yang ada di zona pegunungan tinggi dan zona kaki gunung dan dataran tinggi mengonsumsi umbi-umbian.
"Zona rawa-rawa konsumsi sagu. Zona dataran rendah pesisir pantai dan pulau-pulau konsumsi umbi-umbian dan sagu," ungkapnya.
Hendrik mengungkapkan, sudah ada regulasi yakni peraturan pemerintah daerah (perda) untuk mencegah terganggunya lahan atau hutan sagu. Pertama, Perda Kabupaten Jayapura Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu dan Perda Provinsi Papua Nomor 27 Tahun 2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Pokok Berkelanjutan.
Namun aturan itu tidak berjalan sesuai harapan. Sebaliknya, berasisasi menjadikan masyarakat Papua beralih dari makanan pokoknya. Hendrik memperkirakan kemungkinan 80-90% warga sudah beralih ke nasi.
Bukti sudah tingginya konsumsi beras di Papua, lanjut Hendrik, masyarakat sempat melakukan aksi unjuk rasa ketika terjadi keterlambatan beras raskin. "Kalau persentasinya saya tidak tahu persis tapi kalau melihat seperti itu, 80-90%," bebernya.
Laksanto menilai sosok almarhum dikenal baik dalam pemikirannya di APHA Indonesia. Tak hanya itu, ia sangat peduli dengan peningkatan kualitas masyarakat Papua. (Fie)