telusur.co.id - Pemerintah dianggap tidak serius dorong riset vaksin Merah Putih sebagai vaksin produk dalam negeri. Dalam rapat Komisi VII DPR dengan Konsorsium Riset Covid-19, terungkap bahwa target produksi Vaksin Merah Putih, yang dimotori Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, mundur dari jadwal.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan, semestinya Pemerintah lebih menggalakkan riset vaksin Merah Putih, yang tengah dikembangkan Konsorsium Riset Covid di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Agar vaksin inovasi anak bangsa ini segera dapat diproduksi dan didistribusikan kepada masyarakat," kata Mulyanto, Selasa (13/7/21).
Dalam riset vaksin domestik ini, Mulyanto menilai, Pemerintah adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin ini berjalan sendiri. Bahkan terkesan masih poco-poco atau maju-mundur.
Dan, perhatian Pemerintah dalam riset vaksin Merah Putih ini sangat minim. Anggaran untuk riset vaksin di LBM Eijkman, yang disiapkan BRIN saja tidak lebih dari Rp10 Miliar.
"Ini sungguh miris dan jauh dari memadai, apalagi kalau dibandingkan dengan dana yang disiapkan untuk mengimpor vaksin yang ratusan triliun," sesalnya.
Seharusnya, pemerintah mengalokasikan dana riset yang cukup, termasuk dukungan infrastruktur pada mitra BUMN yang akan memproduksi, agar vaksin Merah Putih ini dapat diproduksi lebih cepat.
"Kalau riset vaksin Merah Putih berjalan seperti ini, sampai kapan vaksin tersebut dapat didistribusikan kepada masyarakat. Utang kita juga keburu dan terkuras habis untuk membeli vaksin impor," kritik politikus PKS ini.
Setidaknya, ada 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM. Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada buan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh izin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022.
Dengan kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma, yang hanya dapat memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan ragi, maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022.[Fhr]