telusur.co.id - Ketua DPP Persatuan Aktivis dan Warga (Pandawa) Nusantara Hendi Saryanto menyarankan agar masyarakat mengolah kelapa menjadi minyak, guna menggantikan peran minyak goreng yang langka di pasaran. Menurutnya potensi minyak kelapa untuk menggantikan peran minyak goreng sawit cukup potensial.
Namun industrialisasi minyak kelapa harus didukung sejumlah pihak, salah satunya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sehingga minyak kelapa dapat membantu masyarakat yang kesulitan memperoleh minyak goreng sawit.
"Kita punya potensi minyak kelapa, ini harus didukung BRIN. BRIN jangan menjadi alat politik, tapi harus dapat beri solusi untuk masyarakat. Jangan politisasi dana nasional," ujar Hendi dalam diskusi yang digelar Jakarta Journalist Center (JJC) dengan tajuk 'Kupas Tuntas Amannya Minyak Goreng untuk Rakyat', Kamis (24/3/22).
Dengan anggaran yang tersedia, kata Hendi, seharusnya BRIN dapat memfasilitasi hasil riset dari anak bangsa. Sehingga hasil riset tersebut dapat berguna bagi kesejahteraan masyarakat.
"Ini ada anggarannya BRIN, tapi kenapa banyak hasil penelitian yang hanya menjadi tumpukan kertas terbengkalai?," ungkapnya.
BRIN, sambung Hendi, seharusnya dapat menjadi lembaga yang mempermudah para periset Indonesia mengembangkan hasil inovasinya. Jangan justru sebaliknya, BRIN justru seolah menjadi kepentingan politik segelintir elit
"Jangan BRIN hanya menjadi untuk kantong menggaet suara partai tertentu. BRIN harus dapat memfasilitasi inovasi UMKM dan implementasikannya," tegasnya.
Di sisi lain, Hendi juga meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mempermudah izin UMKM. Para petani juga mengerti cara membuat produk yang higienis dan layak dikonsumsi masyarakat.
"Jangan majukan UMKM hanya jadi statemen, tapi beri dukungan. BPOM juga gitu, kalau bisa dipermudah jangan dipersulit. Bantu UMKM dapat izin BPOM," ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Peneliti Kebijakan Publik IDP-LP, Riko Noviantoro. Menurutnya, produk alternatif seperti minyak kelapa harus dipikirkan, dan ada standar ideal dengan pendekatan industrial.
"Sebagai terobosan, BRIN harus ikut serta, perguruan tinggi dan lembaga lain juga harus meneliti. Sehingga dapat memproduksi minyak kelapa dengan nilai besar dan ideal," katanya.
Seperti diketahui, selain keduanya, dalam diskusi ini turut hadir Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto. (Ts)