Nasib Buruk Pertamina Dipegang Nicke  - Telusur

Nasib Buruk Pertamina Dipegang Nicke 


Penulis: Ucok Sky Khadafi

COVID-19 tidak pernah pilih pilih korban untuk membunuh siapa saja. Tugas Covid-19 bukan hanya mencabut nyawa orang, tapi bisa juga menghancurkan pendapatan Rakyat kecil, maupun menghancurkan pendapatan perusahaan besar seperti Pertamina dengan begitu cepat. Para komisaris dan jajaran Direksi tidak pernah bermimpi bahwa pendapatan perusahaan plat merah tersebut bisa hancur alias anjlok hanya oleh sosok Covid-19 ini.

Walaupun Pemerintahan Jokowi, "katanya" sudah menempatkan orang orang top dan hebat seperti Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Nicke Widyawati di Pertamina. Tetap saja pendapatan Pertamina dihajar Covid-19, dan sepertinya tidak bisa tertolong, menuju defisit anggaran perusahaan.

Namun demikian siapapun yang menilai tidak akan bijak dan adil. Bila selalu mencari "kambing hitamkan" alias menyalahkan Covid-19 atas hancurnya penghasilan Pertamina yang terus anjlok. Pendemi Covid-19 bukan pemicu hilangnya pendapatan pertamina. Tak lebih, tak kurang hancurnya keuangan Pertamina sejak manajemen dipegang oleh Nicke Widyawati

Kemudian pada tanggal 29 Agustus 2018 Nicke Widyawati diangkat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Dan  pendapatan pertamina tidak pernah naik, kurvanya selalu turun. Hal ini bisa dikatakan Pertamina Selalu menemui nasib sial atau buruk sejak manajemen dipegang oleh Nicke. 

Hal ini bisa dilihat Pada Pendapatan pertamina dari tahun 2018 ke 2019, mengalami penurunan sebanyak 9,5%. Dimana pada tahun 2018, pendapatannya masih mencapai US$ 57,9 miliar atau setara Rp 795,3 triliun. Sedangkan tahun 2019, pendapatan perusahaan hanya sebesar US$ 52,4 miliar atau sekitar Rp 719,7 triliun

Begitu juga dengan Laba. Pertamina mengalami penurunan Laba  sebesar 8 persen. Total laba bersih (belum diaudit) sepanjang 2019 hanya sebesar 2,1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 29,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS). 

Sedangkan Laba pada tahun 2018 bisa mencapai 2,5 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 35 triliun. Padahal pada tahun 2017, sebelum Nicke Widyawati menjabat direktur utama, laporan keuangan Pertamina bisa meraup untung Laba sekitar US$ 3.5 miliar atau Rp 50 triliun. 

Kemudian pada tahun 2020, mungkin Laba maupun Pendapatan Pertamina akan terus anjlok drastis. Diperkirakan akan anjlok antara 38 - 45 persen dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 sebesar USD.58,3 miliar. Dengan akan terus Anjloknya pendapatan pertamina ini, menandakan keuangan perusahaan mulai tidak sehat.

Maka untuk itu, sebaiknya Direktur utama pertamina Nicke Widyawati segera mengundurkan diri karena tidak punya solusi untuk menaikkan pendapatan perusahaan plat merah yang terus anjlok. Kalau pertamina tidak punya obat solusi, bisa bisa perusahaan menuju kebangkrutan. 

Malahan saat ini, solusi yang dikerjakan oleh Nicke Widyawati untuk bisa menahan pendapatan perusahaan agar tidak anjlok adalah tetap mematok harga BBM yang lama, dan tidak mau menurunkan harga konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) di pasaran. Meskipun Harga minyak dunia anjlok, sangat anjlok sekali.

Dan Solusi Nicke ini bukan sebutir obat mujarab, atau sama sekali hal ini bukan sebuah obat solusi. Malahan kebijakan Pertamina yang tetap ngotot tidak mau menurunkan Harga konsumsi BBM, sama saja Pertamina sedang menjadi tukang siksa rakyat sendiri. Atau dengan bahasa lain, ini sama saja Pertamina sedang "mengisap" sumsun darah rakyat tanpa ampun melalui penjualan harga BBM yang tinggi dan mahal.

Untuk itu mundurlah Ibu Nicke Widyawati sebagai direktur utama  Pertamina sebagai obat solusi untuk mengobati sakitnya keuangan Pertamina.[***]

*) Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA)


Tinggalkan Komentar