telusur.co.id - Gelombang Protes di Israel (Palestina pendudukan 1948) terhadap amandemen peradilan berlanjut meskipun situasi keamanan tegang menyusul eskalasi yang terjadi belakangan ini di perbatasan dengan Lebanon dan Gaza di satu sisi, dan operasi serangan para pejuang Palestina terhadap rezim Zionis di sisi lain.
Dilaporkan Al Mayadeen, media Israel, Sabtu (8/4/23), mengutip pernyataan penyelenggara protes di Israel bahwa “peningkatan keamanan tidak akan mencegah mereka mengadakan demonstrasi Sabtu malam ini seperti biasa.”
Mayjen Tal Russo, yang aktif dalam aksi protes, menyerukan agar aksi itu ditunda “mengingat situasi keamanan yang sulit.”
Aibat situasi keamanan itu, penyelenggara memutuskan bahwa demonstrasi akan berlangsung dalam “format yang berbeda dari demonstrasi sebelumnya, atas permintaan polisi.”
Mereka menjelaskan bahwa pawai di Tel Aviv akan dibatalkan, dan protes di sana akan dibatasi dengan aksi duduk semata, dan demonstrasi juga akan diadakan di depan “Rumah Hansi”, kediaman resmi presiden Israel di kota Al-Quds (Yerusalem).
Wilayah Israel telah dibombardir dengan puluhan roket dari Lebanon dan Jalur Gaza, dan dua operasi terjadi di Tepi Barat dan Tel Aviv, hingga menyebabkan empat orang Israel tewas dan beberapa lainnya terluka.
Operasi anti-Israel itu terjadi setelah pasukan negara Zionis itu menyerang Masjid Al-Aqsa dan orang-orang yang ada di dalamnya.
Penyelenggara protes Israel mengatakan: “Para menteri pemerintah, bukannya menyatukan barisan rakyat, menghadapi ancaman keamanan, disibukkan dengan membuat amandemen yang merusak ruang peradilan dan demokrasi, dan membuat kekuasaan mutlak di tangan pemerintah.”
Sementara itu, kepala oposisi Israel, Yair Lapid, dan mantan menteri keamanan Benny Gantz, mengarahkan kritik keras kepada Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben Gvir, setelah pernyataannya yang menuduh oposisi “mendorong musuh untuk terlibat dalam konfrontasi militer dengan Israel.”
“Ben Gvir menghindari tanggung jawab dan berusaha menyalahkan kegagalannya pada orang lain,” kata Lapid.
Gantz mendesak Netanyahu agar memberhentikan Ben Gvir dari jabatannya, karena kata-katanya menunjukkan bahwa dia “kehilangan akal sehat”.
Dalam konteks yang sama, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengkritik keras kebijakan keamanan pemerintah, dan menekankan bahwa situasi saat ini tidak dapat dilanjutkan.
Anggota parlemen Israel Orit Struck menyerang pemerintah, dan menekankan bahwa pemerintah harus “menciptakan kekuatan pencegahan baru dan mengubah konsep keamanan di semua lini.” [Tp]