telusur.co.id - Langkah partai demokrat dengan cepat melakukan konferensi pers sudah tepat, kalau tidak diatasi dengan cepat, bukan tidak mungkin nasib partai yang dilahirkan Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono, bisa tragis.
Bahkan Demokrat bisa bernasib sama seperti partai lain yang dikudeta, diambil paksa melalui dualisme kepengurusan dan melalui legitimasi pengesahan SK kemenkumham.
Demikian disampaikan pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, menanggapi soal kabar Kepala Staf Presidenan Moeldoko "mengkudeta" AHY.
Menurut Pangi Syarwi yang juga Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, menyebut politik belah bambu, juga pernah menyasar internal partai Golkar munculnya dualisme kepenggurusan via munas Ancol dan Munas Bali, hal sama juga terjadi dualisme pada partai PPP pada munaslub Jakarta dan Surabaya, kemudian baru baru ini peristiwa tragis yang dialamai partai berkarya, dualisme kepengurusan Tommy Soeharto melalui kudeta yang dilakukan Muchdi Purwoprandjono, lalu SK Kemenkumham mengesahkan kepengurusan Muchdi.
"Polanya sebenarnya sama memanfaatkan eks kader yang kecewa dan dipecat, benturan faksi yang mengeras, menyelenggarakan munaslub, Kemenkumham yang mengesahkan kepengurusan yang sah (SK) sesuai selera chemestry kekuasaan, cenderung partai oposisi menjadi target dan korban operasi khusus tersebut," jelas Pangi, dalam keterangannya, Rabu (3/2/2021).
Namun, ia mencermati, bahwa partai Demokrat selamat dan lolos dari operasi khusus mengambil paksa atau kudeta, erhadap partai tersebut, yang tidak sesuai dengan selera kekuasaan.
"Kita tahu bahwa Partai Demokrat yang selama ini cukup kritis terhadap kebijakan kekuasaan. Paling tidak Demokrat cukup mahir dan piawai mengendus dan mampu dengan cepat mengantisipasi upaya politik belah bambu menyasar partai tersebut, berhasil menggagalkannya, akibat operasi tersebut mengalami patahan di tengah jalan.
"Kalau seandainya berhasil politik belah bambu via kudeta terhadap partai demokrat kemaren, maka bahasa sederhana saya, apakah masih ada partai yang mau mengambil jalan sebagai partai oposisi?," tanya Pangi.
Karena kalau tidak sesuai dengan chemestry kekuasaan ujungnya bisa tragis, mungkin itu juga menggapa ketua umum partai lainnya cari selamat dan cari aman maka pilihannya bergabung ke gerbong koalisi pemerintah.
Ini bisa menjadi candu permainan bagi yang punya kuasa, yang punya logistik. Paling tidak ini bisa saja menjadi pembelajaran bagi yang melakukannya.
"Ternyata candu kekuasaan mengambil alih pimpinan elite sentral partai dengan cara-cara inkonstitusional/cara paksa bisa dihentikan, agar tidak menjadi candu kekuasaan. Wajar saya pikir partai demokrat membela diri, mempertahankan kekuasaan itu adalah seni berkuasa," pungkasnya.(fir)