telusur.co.id - Korban penganiayaan saat sengketa lahan yang melibatkan dua kelompok di Mampang, Jakarta Selatan, Budianto Tahapary menegaskan takkan berdamai dengan pihak yang melakukan kekerasan terhadapnya. Ini dilakukan guna memberikan efek jera terhadap pelaku.
"Siapapun yang melakukan tindakan hukum harus ditindak dulu. Dia merenung, dia merasakan akibat dari tindakan dia," ujar Budianto kepada wartawan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Senin (24/10/22).
Budianto mengaku diminta polisi untuk melakukan restorative justice atau berdamai dengan pihak yang melakukan penganiayaan terhadapnya, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Pihaknya pun telah dihubungi oleh pengacara tersangka.
"Karena saat orang bicara mulut harus dibalas dengan mulut, saat orang bicara data harus diadu dengan data. Tapi kalau diadu dengan kekuatan ada penegak hukum. Sudah dia terima yang dia lakukan," kata Budianto.
Budianto mengungkapkan, sejak awal kedatangannya bersama rombongan untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik. Ia melakukan mediasi, berdiskusi dan menyerahkan data-data kepada pihak lawan dalam sengketa lahan di sebuah kafe itu. Namun, kata dia, justru pihak yang dikomandoi oleh oknum pimpinan ormas tersebut yang memulai keributan.
"Kami datang untuk berdiskusi, mediasi, melakukan restoratif justice terkait persoalan kepemilikan lahan. Kalau kami niat ribut, tidak kami kasih masuk orang-orang mereka dari luar ke dalam lokasi. Sudah ribut kami di luar sana, kami tahan agar tak masuk," tuturnya.
"Kami orang Ambon, orang Maluku dari lahir sudah baku pukul. Tapi tujuan kami ke sana bukan itu," imbuh Budianto.
Lebih jauh Budianto menuturkan, pihaknya mengapresiasi langkah kepolisian yang menindak tegas terduga pelaku penganiayaan terhadapnya.
"Saya berterima kasih sama Pak Dir (Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya), Pak Kapolres, Pak Kapolda, Pak Kapolsek pun karena pihak yang menganiaya saya, mengeroyok saya langsung ditahan," tuturnya.
Sementara, kuasa hukum Budianto, Fidel Angwarmasse menjelaskan bahwa saat mediasi dengan pihak yang bersengketa sekaligus pelaku penganiayaan, pihaknya telah memberikan solusi yang win-win. Namun upaya itu, kata dia tak disambut baik.
"Kita sudah bagi-bagi itu, kami sekian, kamu sekian, tapi begitu respons mereka," ujarnya.
Fidel pun menegaskan bahwa sesungguhnya keributan tersebut bukanlah melibatkan suku dan ormas tertentu, melainkan hanya oknum. (Tp)