telusur.co.id - Sedikitnya 15 orang tewas dan 26 lainnya luka-luka dalam kebakaran hutan yang melanda berbagai wilayah Aljazair saat gelombang panas menyebar ke seluruh wilayah negara ini.
Mengutip pernyataan Kemendagri Aljazair, kantor berita APS, Senin (24/7/23) melaporkan bahwa sedikitnya 1.500 orang telah dievakuasi di bagian utara negara ini.
APS juga melaporkan bahwa setidaknya 10 tentara tewas di wilayah Beni Ksila, menurut pernyataan terpisah oleh Kemhan. Belum jelas apakah para tentara itu merupakan bagian dari korban tewas yang disebutkan oleh Kemendagri.
Presiden Abdelmadjid Tebboune menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, baik warga sipil maupun aparat keamanan.
Sekitar 7.500 petugas pemadam kebakaran dan 350 truk yang didukung operasi udara berjuang mengendalikan api di seluruh negeri, termasuk di wilayah Boumerdes, Tizi Ouzou, Jijel dan Skikda.
Kemenddagri menyebutkan bahwa saat suhu mencapai 48 derajat Celcius, Aljazair mencatat 97 kobaran api yang dipicu oleh angin kencang di 16 provinsi.
Operasi sedang dilakukan untuk memadamkan api di enam provinsi, tambah kementerian itu, sembari menyerukan kepada warga untuk “menghindari daerah yang terkena dampak kebakaran” dan melaporkan kobaran api baru melalui nomor telepon bebas pulsa.
Kebakaran secara teratur mengamuk melalui hutan dan ladang di Aljazair di musim panas. Tahun ini, keadaan diperburuk oleh gelombang panas yang membuat beberapa negara Mediterania memecahkan rekor suhu.
Di negara tetangga Tunisia, suhu pada hari Senin hampir mencapai 50 derajat Celcius.
Pekan lalu, kobaran api besar berkobar di hutan pinus Tunisia dekat perbatasan dengan Aljazair. Sebuah penyeberangan perbatasan harus ditutup sementara, menurut pejabat Tunisia yang mengkonfirmasi terkabarnya 470 hektar hutan.
Pada bulan Mei, pihak berwenang Aljazair mengaku sedang mempersiapkan pengendalian kebakaran hutan dengan membeli dan menyewa pengebom air, dan dengan membangun landasan pendaratan untuk helikopter dan drone pemadam kebakaran.
Para ilmuwan memeringkat wilayah Mediterania sebagai “titik panas” perubahan iklim, sementara Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim memperingatkan lebih banyak gelombang panas, gagal panen, kekeringan, naiknya permukaan laut, dan masuknya spesies invasif. [Tp]