telusur.co.id - Majalah satir Prancis Charlie Hebdo menerbitkan beberapa karikatur yang menghina Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam edisi khusus pada awal Desember lalu. Majalah tersebut mengumumkan kompetisi untuk memproduksi karikatur tersebut.
Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Mayjen Hossein Salami memperingatkan kepada para staf majalah tersebut agar melihat apa yang dialami penulis anti-Islam Salman Rushdie.
“Saya menyarankan orang Prancis dan direktur majalah Charlie Hebdo untuk melihat nasib Salman Rushdie,” kata Salami dalam sebuah acara di Zahedan di Iran tenggara, yang dihadiri oleh para ulama Syiah dan Sunni, para kepala masyarakat adat setempat, keluarga para martir dan sejumlah pejabat provinsi Sistan dan Baluchistan, dikutip dari MehrNews, Rabu (11/1/23).
“Jangan bermain-main dengan Muslim, Salman Rushdie menghina Alquran dan Nabi Suci Islam 30 tahun lalu dan bersembunyi di tempat berbahaya,” lanjut Panglima IRGC.
Mayjen Salami menuturkan, setelah bertahun-tahun Salman Rushdie bersembunyi, seorang pemuda Muslim berani membalas dendam pada dia dan tidak ada yang bisa menyelamatkannya.
"Di mana dia sekarang? Dalam situasi bagaimana dia berada? Kita tidak tahu,” ujarnya.
”Mungkin, mereka akan membunuh pemuda pemberani ini atau mereka bahkan mungkin telah membunuhnya. Lagi pula, faktanya Salman Rushdie tidak akan kembali,” sambungnya.
Diketahui, pada 13 Agustus 2022, Salman Rushdie, penulis buku anti-Islam dan penista Nabi Muhammad saw, menderita luka parah diserang oleh seorang pemuda dengan pisau di atas panggung dalam sebuah acara di New York, AS.
Majalah Prancis Charlie Habdo belum lama ini menerbitkan beberapa kartun anti-Iran dan anti-Islam, sehingga memancing reaksi kecaman keras dari masyarakat dan para pejabat Iran. [Tp]