telusur.co.id - Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya sebagai teman diskusi. Pasalnya, mereka tidak diberikan target kinerja yang jelas.
Menurutnya, ada dua persoalan masuknya kalangan milenial ke istana. Pertama adalah mempertegas bahwa millenial yang masuk punya daya kenal terhadap kebijakan Jokowi.
"Tapi mendengar penjelasan, saya ada keraguan bahwa mereka tidak punya daya pengaruh terhadap Jokowi. Terlebih mereka tidak diberikan target kinerja yang jelas. Jadinya mereka hanya sebagai teman diskusi," kata Dedi dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/19).
Kemudian, menurut dia, Jokowi tidak akan secara keseluruhan mendengarkan masukan dari staf khusus presiden karena akan banyak di jajaran kabinet seperti para menteri yang memberikan masukan kepada Jokowi.
"Sejauh ini kita bisa membaca bahwa Jokowi termasuk presiden yang pemikirannya original. Artinya sangat kecil kemudian pak Jokowi mendengarkan (masukan), terlebih orang-orang yang didengarkan pak Jokowi sangat banyak," ujarnya.
Yang kedua, lanjut dia, keinginan Presiden Jokowi dari staf khusus ini untuk memberikan masukan-masukan yang mungkin ada korelasinya dengan pekerjaan Jokowi dalam membangun negara dari sisi kebijakan dan implementasi.
"Maka sebetulnya kurang relevan dan krusial kalau yang masuk ke istana adalah anak-anak muda. Saya tidak bermaksud untuk melakukan dikotomi. Tapi yang kita butuhkan adalah kapasitas yang semestinya tidak ada kaitan dengan usia muda atau tua," terangnya.
Lebih lanjut Dedi menambahkan, keputusan Jokowi menunjuk kalangan millenial menjadi staf khusus karena dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh di lingkaran presiden sendiri. Karena seperti diketahui, para staf khusus sebagian besar sebagai CEO atau Founder sebuah perusahaan.
"Kita juga harus rasional bahwa keputusan presiden harus dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang punya daya pengaruh. Kalau dicontohkan di pemerintahan Amerika Serikat misalnya staf khsusus paling krusial adalah soal nasional security, politik dan ekonomi," jelasnya.
"Artinya itu tidak bisa dilihat dari sisi praktisnya saja, tapi harus dari sisi kebijakan yang rutin akan menguatkan posisi pak jokowi ke depan," tambahnya.
Seperti diketahui, pada Kamis (21/11/19) kemarin, Jokowi mengumumkan tujuh anak muda yang menjadi Staf Khusus Presiden. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
"Tugas khususnya adalah mengembangkan inovasi di berbagai bidang," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.
Presiden menjelaskan tujuh anak muda ini akan menjadi teman diskusinya.
"Akan memberikan gagasan inovatif sehingga bisa mencari cara baru yang out of the box untuk mengejar kemajuan kita," ujarnya.
Presiden jug berharap ketujuh staf khususnya itu bisa menjadi 'jembatan' ke anak muda.
"Saya minta mereka jadi jembatan dengan anak muda, santri, diaspora," kata Jokowi.
Adapun ketujuh Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial itu, yakni Putri Indahsari Tanjung (CEO dan Founder Creativepreneur), Adamas Belva Syah Devara (Pendiri Ruang Guru), Ayu Kartika Dewi (Perumus Gerakan Sabang Merauke) dan Angkie Yudistia (Pendiri Thisable Enterprise, kader PKPI, difabel tunarungu).
Kemudian ada Gracia Billy Yosaphat Membrasar (Pemuda asal Papua, peraih beasiswa kuliah di Oxford), Aminuddin Ma'ruf (Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII), dan Andi Taufan Garuda (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha). [Fhr]
Hanya Teman Diskusi, Pengamat Ragu Stafsus Bisa Berpengaruh Terhadap Presiden

Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra.