telusur.co.id - Pentingnya data kependudukan menjadi perhatian negara maju dalam memperbaiki kualitas masyarakatnya.
Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau Dukcapil, Prof. Zudan Arif Fakrulloh menyatakan, Indonesia mulai menerapkan perbaikan sistem pendataan kependudukan tahun 2000, cukup tertinggal dibandingkan negara yang sudah maju seperti Amerika dan Jepang.
"Pendataan kependudukan sangat penting berkaca dari berbagai negara seperti Amerika, telah mendesain sejak lama sistem bernama. Social identity number, suatu sistem kependudukan tunggal, begitu juga dengan Jepang dan Korea," jelas Zuldan saat bincang di channel youtube Borobudur Hukum Channel, Senin (26/4/2021).
Menurutnya, negara maju memahami betul bahwa yang dibangun itu pendataan penduduknya. Sehingga, dengan penduduk yang terdata rapih maka intervensi negara bisa lansung detail pada penduduknya.
"Maka penanganan kemiskinan diberbagai negara itu dilakukan terdata by name by address, nama alamat pekerjaannya jelas," ucapnya
Bahkan, terkait kasus stunting dapat langsung terdata sejak bayi. Jepang, yang duku disebut pendek-pendek sekarang sudah tinggi-tinggi penduduknya.
"Jadi melalui data kependudukan langsung diintervensi, langsung ditangani. Sejak Hamil sudah didata sejak lahir sudah didata, menjadi balita didata. Maka intervensi negara jadilah bangsa yang besar bangsa kuat, karena data kependudukan yang lengkap, " tambahnya.
Kalau di Indonesia sambungnya, tradisi itu baru dibangun sejak.tahun 2000an ke atas. Senelum itu, data kita manual, membuat KTP dan KK menggunakan mesin ketik.
Di tahun 2000-2004, Indonesia membangun sistem yang dinamakan SIAK, atau Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Melalui sistem itu dibangunlah data.
"Sekarang kita sudah memiliki data kependudukan terbesar keempat di dunia. Data pnduduk yang sudah terdata di dukcapil sebanyak 271 juta orang. Kita menggunakan single identity number atau NIK. Kita mulai 2011 dengan NIK nasional, " ungkapnya.
Lanjutnya, data kependudukan Indonesia, salah satu tercanggih di dunia. Karena sudaj menggunakan pendekatan biometric. Bahkan, Polri untuk penanganan terorisme dapat lewat foto wajah saja. Seperti. Pelaku teror di Mabes Polri beberapa waktu lalu.
"Bisa langsung ketahuan. Indentitas kecelakaan bisa lewat dukcapil. Bahkan, data dukcapil audah banyak dipakai lebih dari 3000 lembaga, untuj verifikasi data. Dan data perbaikan sangat tergantungbpada sata dukcapil, " tutupnya. (Fir)