telusur.co.id - Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengecam tindakan yang sejalan dengan normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis Israel. Ia menyebut hal itu sebagai langkah mundur yang dikehendaki oleh kekuatan-kekuatan arogan trans-regional.
Kecaman itu disampaikan oleh Presiden Raisi dalam pidato pembukaan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-37 di Teheran, ibu kota Iran, Minggu (1/10/23).
“Cara menghadapi musuh bukan melalui kompromi dan penyerahan diri, melainkan melalui resistensi dan kesolidan,” ujarnya, seperti dilansir Rai Al Youm, Senin (2/10/23).
“Pilihan untuk menyerah dan berkompromi sama sekali tidak mungkin dilakukan; perlawanan dan kesolidan terhadap musuh telah membuahkan hasil dan akan memaksa musuh mundur,” tambahnya.
Dia juga menyinggung aksi-aksi penodaan terhadap Al-Quran dan Nabi Muhammad Saw serta kejahatan keji yang dilakukan oleh kelompok teroris takfiri.
“Musuh bermaksud mengecewakan umat Islam akan masa depan dengan menebar persepsi bahwa hanya keinginan musuhlah yang akan menjadi kenyataan, namun umat Islam telah menggagalkan rencana tersebut,” ujarnya.
Dia menekan bahwa pembebasan Al-Quds dan Palestina merupakan “indikator terpenting dari persatuan umat Islam”.
Dia juga mengimbau para ulama dan cendekiawan Muslim untuk mempersiapkan diri mengambil peran penting dalam tatanan dunia baru dengan mempromosikan toleransi dan pendekatan antar-mazhab Islam.
“Umat Islam dan dunia Islam harus membangun diri mereka sendiri dalam tatanan baru, melawan tatanan yang tidak adil saat ini, dan menciptakan tatanan yang adil di dunia,” ungkap Presiden Raisi, sembari memastikan bahwa umat Islam akan dapat memainkan peran kunci dalam munculnya tatanan dunia.
Dia juga menyerukan konsolidasi lebih lanjut untuk persatuan umat Islam dalam menghadapi ancaman ekstremis takfiri.
“Kejahatan mengerikan kelompok takfiri yang dilakukan di masjid-masjid dan pusat-pusat keagamaan, pemboman di Pakistan dan Afganistan, pembantaian orang serta kejahatan yang dilakukan oleh AS dan antek Israel di berbagai negara Islam, memerlukan peningkatan persatuan di kalangan umat Islam untuk menghadapi takfiri saat ini,” urainya.
Konferensi persatuan ini diselenggarakan setiap tahun di Iran dan dihadiri oleh ratusan ulama dan cendikiawan dari berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia, dalam rangka Pekan Persatuan Islam, yang diperingati pada setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. [Tp]