Dewan Pakar Golkar Saran Airlangga Reshuffle Pengurus DPP yang Penjilat - Telusur

Dewan Pakar Golkar Saran Airlangga Reshuffle Pengurus DPP yang Penjilat

Ridwan Hisjam. Foto: Liputan6

telusur.co.id - Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam mengatakan, Golkar harus segera berbenah jika ingin mengangkat elektabilitas menyambut Pemilu 2024, yang waktunya tidak lama lagi. 

Diantaranya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto harus melakukan perubahan karakter gaya kepemimpinan, agar bisa mengubah elektabilitas partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Harus diubah karakter Pak Airlangga ini. Jadi gaya kepemimpinan Pak Airlangga ini harus diubah, kalau enggak, ya enggak mungkin dapat digerakkan. Karakter dan DPP harus segera direshuffle," kata Ridwan dalam program Sapa Pagi Indonesia dikutip dari Youtube Kompas TV, Senin (24/7/23).

Jika karakter kepemimpinan tak bisa diubah, lanjut Ridwan, Airlangga harus melakukan revitalisasi pengurus DPP. 

Ridwan beranggapan bahwa DPP Golkar kini diisi oleh pengurus yang hanya bisa 'menjilat' ketua umum.

"Lakukan revitalisasi, para pengurusnya harus diambil aktivis-aktivis yang pemberani. Sang penakluk-penakluk, bukan penjilat-penjilat," tegas Ridwan. 

Selain itu, Ridwan juga mengaku tidak habis pikir, kenapa elektabilitas Airlangga sebagai bakal calon presiden (bacapres) tidak naik-naik.

Bahkan, elektabilitas Airlangga masih kalah dengan bacapres lain yang notabene bukan figur ketua umum partai.

"Kenapa elektabilitas Pak Airlangga tidak pernah naik? ini kan hal yang tidak masuk akal," kata Ridwan. 

Padahal, tutur dia, Golkar merupakan partai besar yang mempunyai jaringan solid hingga ke desa. 

"(Golkar) partai besar, jaringan kita sampai desa, kok, tidak bisa naik, kalah dengan yang calon bukan ketua umum partai," ucap Ridwan.

Berdasarkan temuan sejumlah lembaga survei memperlihatkan elektabilitas Airlangga. Indikator Politik Indonesia periode 20-24 Juni 2023, misalnya.

Indikator Politik Indonesia menempatkan Airlangga berada di posisi kedelapan dengan tingkat elektabilitas 0,7 persen.

Elektabilitas Airlangga masih kalah dengan Menteri BUMN Erick Thohir di posisi kelima (1 persen) maupun Menko Polhukam Mahfud MD di posisi keenam (0,8 persen).

Ridwan menduga sulitnya elektabilitas Airlangga untuk merangkak naik, karena selama ini tidak pernah menyatakan siap maju sebagai bacapres.

Padahal, Musyawarah Nasional (Munas) Golkar 2019 mengamanatkan Airlangga sebagai bacapres.

Menurutnya, kondisi ini memiliki dampak yang membuat masyarakat hanya mengetahui sosok Airlangga bukan sebagai bacapres.

Dampak lainnya, kader-kader Golkar menjadi bingung dan merasa hanya didoktrin oleh jargon "Airlangga Presiden".

"Akhirnya kader-kader di bawah bingung, hanya didoktrin, Airlangga Presiden, Airlangga Presiden. Tapi yang bersangkutan tidak pernah menyatakan saya siap menjadi calon presiden," tegas Ridwan.

Menurutnya, seharusnya Airlangga menyatakan kesiapannya menjadi bacapres sudah sejak tahun lalu.

"Seharusnya itu disampaikan paling tidak disampaikan setahun yang lalu. Saya sudah menyampaikan langsung dan malah waktu itu sudah diekspos bulan Juli 2022," kata dia.[Fhr] 


Tinggalkan Komentar