telusur.co.id - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menilai, ruang demokrasi yang terjadi saat ini, tumbuh subur kritik yang tidak berdasarkan fakta dan data. Dampaknya, menghancurkan karakter manusia.
"Persoalan kita di ruang demokrasi apakah bebas sebabasnya dengan membuat argumentasi tdk berdasarkan fakta dan data, menyinggung sara, dan bahkan diluar batas yaitu menghancurkan karakter seseorang,” ujar Romo Benny, Rabu (17/2/21).
Menurutnya, kritik merupakan bumbu demokrasi dan semua orang butuh kritikan, karena akan membangun sebuah kesadaran etis. Akan tetapi, sekarang banyak kritik yang menghancurkan ruang demokrasi.
“Kritik demokrasi sekarang itu kerap kali lebih kepada menghancurkan karakter seseorang dan tidak berdasarkan data dan fakta tapi lebih kepada kebencian dan sentimen ini yang merusak ruang demokrasi,” jelasnya.
Dalam ruang demokrasi ada dialektika yang dimana masing-masing memberi argumentasi data dan fakta berbeda. Romo Benny menambahkan, yang tidak wajar adalah menghancurkan karakter seseorang. Jika kritik tanpa membunuh karakter maka tidak akan ada yang terkena hukuman karena melanggar UU ITE. Dalam demokrasi dibutukan pula proses dialektika.
“Proses dialektika dalam demokrasi harus ada untuk menemukan titik temu. Yang terjadi sekarang membawa orang ketidaksadaran tanpa data dan fakta yang akhirnya berujung pembulian dan termasuk dalam perlanggaran UU ITE. Menyampaikan kritik tidak akan ditahan karena bangsa ini butuh orang kritis dalam pengertian yang bukan menyalahkan saja tapi memberi solusi,” imbuhnya.
Dunia demokrasi ini mengalami kegagapan dalam artian masyarakat hanya mengungkapkan umpatan tanpa solusi bagi bangsa ini. Kritik juga tidak boleh murusak martabat kemanusiaan.
“Kritik itu pedas tapi berdasarkan fakta data dan kenyataan. Tapi jika memanipulasi keadaan itu bukan kritik. Fakta, data, dan kenyataan harus seimbang harus bisa dikatakan kritik. Terpenting tidak boleh kritik merusak martabat kemanusiaan,”lanjut Benny.
Kedepan, ruang demokrasi harus dibangun dengan kesadaran etis, kesadaran berargumentasi, dan kesadaran untuk membangun wacana, itulah ruang demokrasi yang sesungguhnya.
“Ruang demokrasi yang sehat perlu nalar yang sehat. Kritik harus meluruskan sesuatu yang salah. Gagasan harus dilawan dengan gagasan,” ujar Romo Benny.
Romo Benny berharap bahwa ruang demokrasi membutuhkan ruang publik yang sehat dan terbebas dari isu SARA dan penghinaan pribadi.
"Ruang demokrasi membutuhkan ruang publik yang sehat dari unsur kebencian , menghinaan pribadi, unsur sara serta rekayasa kebohongan," tukasnya. [Fhr]