telusur.co.id - Juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan, cara perekrutan kelompok teroris seperti pelaku yang melakukan aksi bom bunuh di Gereja Katedral Makassar dan teror di Mabes Polri adalah dengan menggunakan di media sosial.
Namun, aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar dan serangan di Mabes Polri adalah pelaku sel lama.
"Ini rekrutmen baru, dengan memposting bisa melakukan tanya jawab, pola lama tapi caranya rekrutmen orang baru,” kata Wawan, Minggu (4/4/21).
Dia menjelaskan, sasaran kelompok ini generasi milenial yang tidak memiliki tanggungan. Serta lebih mudah diiming-iming untuk mati masuk surga.
"Lebih berpikir ada iming-iming daripada susah-susah kita mati masuk surga,” kata Deputi VII BIN itu.
Hal senada dikatakan mantan narapidana terorisme (napiter), Haris Amir Falah.
Dia mengatakan kejadian teror bom kali ini adalah sel lama yang rutin melakukan kajian di Makassar.
Haris menduga terdapat dua tempat yang dijadikan tempat pembinaan.
“Ada dua tempat yang memang rutin dijadikan tempat oleh mereka untuk dijadikan pembinaan, dan pada saat yang tepat mereka melakukan aksi,” ungkap dia.
Dia mengatakan kejadian tersebut bukan hanya di Makassar. Tetapi juga sudah menjamur ke seluruh penjuru Indonesia. Sebab, hal tersebut adalah jaringan, walaupun sudah terputus mereka memiliki akar.
“Mereka punya satu akar, akar pemikiran yang ekstream kemudian di bawah pembinaan yang terus menerus yang mestinya harus masif melawan itu,” tandasnya. [Tp]
BIN Ungkap Cara Perekrutan Generasi Milenial oleh Kelompok Teroris

Ilustrasi teroris. (Ist).