telusur.co.id - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto resmi menjàbat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia. Hari ini, Prabowo melakukan serah terima jabatan dari Menhan periode 2014-2019, Ryamizard Ryacudu.
Analis geopolitik, Hendrajit menilai wajar jika ada beberapa relawan Kokowi yang tidak suka dan tidak setuju Prabowo diangkat menjadi Menhan,. Menurut Hendrajit, hal itu masih masuk di akal.
"Tapi ketika mengajukan dalih yang bersifat mencurigai akan jadi musuh dalam selimut, nah buat saya ini problem besar. Karena ini berasal dari prasangka buruk dan negative thinking," kata Hendrajit.
"Selain itu juga karena nggak ngerti persoalan. Seperti mengaitkan gagasan triumvirat Mendagri, Menhan dan Menlu, sebagai sarana kudeta terhadap presiden dan wakil presiden. Menurut saya itu khayali tingkat dewa," tambahnya.
Di Indonesia, kata Hendrajit, kalaupun mau lengserkan presiden, tidak pernah terpikirkan menggunakan mekanisme triumvirat. Paling banter, melalui peralihan ke wapres sebagai pelaksana tugas presiden. Untuk kemudian digelar sidang istimewa. Itulah yang terjadi pada 1998.
Hendajit lantas menuturkan, pada tahun 1966-1967, Soeharto bersama Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik, memang merupakan presidium. Tapi gagasan dasarnya bukan model triumvirat ala Mendagri-Menhan-Menlu. Tetap saja substansinya melalui Sidang Istimewa MPR.
"Jadi menurut saya pikiran negatif kayak gitu bikin bangsa ini nggak berkembang maju dan memandang ke depan. Bukannya waspada tapi waswas alias paranoid. Memangnya gampang mainkan skenario kudeta lewat triumvirat? Apalagi kalau Mendagri dan Menhannya nggak kompak atau satu kubu," beber Hendrajit.
Dijelaskannya, pada zaman Soharto, Benny Murdani sebagai Menhan pernah mengajak Mendagri Rudini untuk ambil alih kekuasaan. Tapi setelah Rudini pelajari, skenarionya tidak masuk akal, dan akhirnya Rudini menolak ikut.
"Atau jangan-jangan memang ada yang ngarep begitu ya. Dengan pura puranya ide itu akan muncul dari Prabowo. Padahal justru dari dia-dia orang juga," katanya. [asp]
Laporan : Fahri Haidar