telusur.co.id - Ketua Dewan Eksekutif kelompok pejuang Hizbullah Lebanon, Sayid Hashem Safieddine, memastikan kekuatan militer gerakan perlawanan Islam di Lebanon ini ditujukan untuk menghadapi pendudukan Israel dan plot AS di kawasan Timur Tengah.
Petinggi Hizbullah tersebut menegaskan hal itu dalam pidato di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada peringatan hari wafatnya Nabi Muhammad SAW dan kesyahidan dua orang cucu dan keturunan beliau, Imam Hassan dan Imam Ali Ridho sa, Jumat (15/9/23).
Dia menekankan bahwa kekuatan Hizbullah bukan untuk berkonfrontasi dengan elemen bangsa Lebanon sendiri.
“Gerakan perlawanan rakyat sedang merencanakan dan bersiap untuk menghadapi barbarisme dan penindasan Israel serta membebaskan tanah dan tempat suci yang diduduki…. Kekuatan perlawanan diarahkan terhadap musuh (Israel) dan plot AS di kawasan,” katanya, dilansir Presstv, Sabtu (16/9/23).
Pejabat Hizbullah itu juga mengingatkan pentingnya mengadakan “dialog nasional” untuk memilih presiden baru, dan menambahkan bahwa eskalasi politik di negara ini tidak akan membawa hasil positif.
Pada pertemuan di Beirut awal bulan ini, para pemimpin senior gerakan perlawanan Palestina dan Lebanon menegaskan tekad mereka untuk memberikan reaksi terpadu terhadap kebijakan agresif Israel.
Pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrallah, wakil kepala biro politik Hamas Saleh al-Arouri, dan Sekjen gerakan Jihad Islam Palestina Ziad al-Nakhaleh menegaskan kembali sikap semua elemen kekuatan Poros Perlawanan untuk melawan okupasi dan arogansi rezim Zionis Israel.
Para pemimpin senior kubu perlawanan Lebanon dan Palestina itu juga menjelaskan ancaman yang ditimbulkan oleh Israel belakangan ini.
Lebih dari 200 orang Palestina terbunuh tahun ini di wilayah pendudukan Tepi Barat dan wilayah Jalur Gaza yang terblokade. Mayoritas korban jiwa tercatat di Tepi Barat.
Angka tersebut menjadikan tahun 2023 sebagai tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak PBB mulai mencatat jumlah korban jiwa pada tahun 2005.
Sebelumnya, tahun 2022 merupakan tahun paling mematikan di mana 150 warga Palestina gugur, 33 di antaranya adalah anak di bawah umur, menurut PBB. [Tp]