telusur.co.id - Ekonom senior Rizal Ramli mengakui sebagai sosok yang telah kenal karakter  Sunda, bahwa budaya sunda halus happy go luckydoyan hareureuy, ceria, dan sangat tidak suka ketidak adilan.

"Saya besar dan dididik di tanah Sunda, di Bogor sejak umur 7 tahun, bisa bahasa Sunda Bogor, paham betul budaya Sunda, " ujar Rizal dalam kegiatan Kumpul Ngariung di Saung Kujang Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/1/2022).

Menurutnya, karakter masyarakat Sunda yang egaliter, menjadi kekuatan tersendiri untuk mewujudkan perubahan Indonesia menjadi lebih adil, lebih baik dan lebih makmur.

 

Tak hanya itu,  tanah Sunda juga tanah tokoh pergerakan. Pasalnya, banyak tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia memulai dan memusatkan pergerakannya di tanah Sunda, Kota Bandung, Bogor, dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.


"Ada Tirto Adhisuryo, Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara, Soeryopranoto, Douwes Dekker, Sosrokartono, Abdul Muis, Hatta, Sukarno, Natsir, Sutan Sjahrir, adalah sedikit contoh dari tokoh-tokoh yang memulai debutnya di Kota Bandung, yang kebetulan pula mereka bukan orang Sunda," paparnya. 

Khusus wilayah Bogor, Rizal Ramli mengaku kagum pada Abah Wahyu Affandi Suradinata yang merupakan tokoh panempa Kujang yangsejak tahun 1990an mendedikasikan diri untuk mempelajari kembali dan melestarikan Kujang sebagai warisan budaya masyarakat Sunda.

Lanjutnya,  Kujang juga merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak, kebenaran dan keadilan. 

"Saya menjadi teringat oleh pepatah bijak bahwa kalau tanah Sunda aman, Indonesia aman. Kalau tanah Sunda damai, Nusantara damai. Kalau tanah Sunda makmur, rakyat Indonesia makmur," pungkasnya.(Fie)