Oleh: Dr. H. Ahmad Zain Sarnoto, MA, M.Pd, (Dosen Tetap Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Ramadhan telah memasuki hari ke 15, dan tanda-tanda berakhirnya pandemi Covid-19 belum nampak, bahkan data terakhir tanggal 1 Mei  2020 yang dirilis Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per hari Jumat (1/5/2020) menjadi 10.551 setelah ada penambahan 433 orang. Sedangkan pasien yang dinyatakan sembuh menjadi 1.591 setelah ada penambahan sebanyak 69 orang (sumber https://covid19.go.id/).

Pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental (psikis) setiap individu. Munculnya hanya rasa takut, dapat menimbulkan efek psikologis yang serius.  Ditambah anjuran untuk diam di rumah serta kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), social distancing dan  physical distancing, yang berdampak timbulnya jarak secara emosional antara teman, sahabat, rekan kerja, tetangga bahkan keluarga.

Tidak sedikit orang yang menganggap hal ini sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat berat. Dan jika tidak dikendalikan, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan jiwa (psikisnya).

Gangguan kesehatan mental (jiwa) yang terjadi selama pandemi covid-19 menurut dr. Andi Marsa Nadhira (https://www.alodokter.com/) dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat informasi yang simpang siur.

Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi  atau  gangguan kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat secara fisik dan mental.

Beberapa kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama pandemi virus Corona adalah anak-anak, lansia, dan petugas medis. Tekanan yang berlangsung selama pandemi ini dapat menyebabkan gangguan berupa:

• Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan keselamatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat

• Perubahan pola tidur dan pola makan

• Bosan dan stres karena terus-menerus berada di rumah, terutama pada anak-anak

• Sulit berkonsentrasi

• Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

• Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi

• Munculnya gangguan psikosomatis

Lantas, bagaimana Al-Qur’an (Islam) memberikan solusi dari problem tersebut? Dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 31:

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjawab kamu agar Kami tahu orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” QS. Muhammad, 47: 31).

M. Quraish Shihab menulis bahwa Allah SWT bersumpah benar-benar akan memperlakukan kalian seperti perlakuan orang yang menguji kamu agar Kami (yakni Allah bersama orang yang beiman), mengetahui dalam kenyataan setelah sebelumnya Allah SWT telah mengetahui sejak awal tentang siapa saja para muhajidin yakni orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh dan mengetahui pula para penyabar yakni yang amat tabah di antara kamu dalam melaksanakan kewajiban, serta menghadapi kesulitan, dan agar Kami menguji pula berita-berita kamu yakni hal ihwal amal-amal kamu (Tafsir Al-Misbah, Jilid 13 hlm.153).

Sayyid Qutub menulis bahwa Allah SWT membimbing manusia sesuai dengan kadar kemampuan dan potensi serta kecenderungan mereka. Manusia mengetahui hakikat-hakikat yang tersembunyi yang di ketahui oleh Allah SWT, karena itu hakikat-hakikat yang tersembunyi diungkap (dalam kehidupan nyata) oleh Allah agar mereka mengenal dan meyakini serta menarik manfaat darinya. Ujian melalui kesedihan dan bencana atau melalui nikmat, kelapangan atau kesempitan hidup, kesemuanya mengungkap apa yang tersembunyi di dalam hati manusia.

Jika kita maknai ayat di atas, kaitanya dengan kondisi psikologis kaum muslimin dalam menghadapi cobaan berupa ketakutan penyebaran covid-19, maka setidaknya, fungsi cobaan bagi orang yang beriman ada tiga hal:

1. Menguji kesungguhan dalam berjihad (menegakkan agama dalam kehidupan)

2. Menguji kesabaran

3. Menguji akhlak (wal ihwal kebaikan kita).

Jangan sampai ketakutan kita terhadap mewabahnya virus corona menggerus keimanan kepada Allah SWT, karena iman yang lemah di ibaratkan seperti pohon yang tidak memiliki akar kuat (QS. 14:26), sehingga mudah roboh tertiup angin dan badai kehidupan, sebaliknya iman yang kuat, ibarat pohon yang akarnya menancap kuat kedalam bumi (QS. 14:24), akan menjaga pohon “keimanan” dari tiupan angin dan badai.

Ramadhan mengajarkan kita kesabaran, saatnyalah kita bangkit bersungguh-sungguh (berjihad) dalam menjalankan perintah Allah, walaupun dalam kondisi menyebarnya covid-19, berusaha untuk selalu sabar menghadapi cobaan wabah covid -19 yang menular ini. Kewaspadaan itu penting, tapi tidak boleh takut berlebihan, jikalau kita ditakdirkan terkena covid-19 dan meninggal Rasulullah SAW menjamin dalam bersabdanya:

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wabah tha’un (suatu jenis penyakit menular yang mematikan). Beliau memberitahukan kepadaku, bahwa itu merupakan siksaan yang Allâh kirimkan kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan Allâh menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak ada seorangpun yang tertimpa penyakit tha’un, lalu ia tinggal di kotanya dengan sabar, mengharapkan pahala Allâh serta ia mengetahui bahwa ia tidak tertimpa sesuatu kecuali apa yang telah Allâh tulis (takdirkan) baginya, kecuali orang itu akan mendapatkan semisal pahala syahid”. (HR al-Bukhâri, no. 3474).

Semoga Allah SWT memberikan kita kesabaran, jiwa kita menjadi kuat (tidak mudah rapuh dan stress), sehingga akhlak dan prilaku  kita tetap terjaga, selalu berdiri di barisan orang-orang yang beriman, dan dalam menghadapi cobaan termasuk pandemi covid-19 tetap komitmen, menjaga keimanan, kesabaran dan perilaku.