telusur.co.id - Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat (Badiklatpus) PDI Perjuangan, Ananta Wahana menilai, Influencer Denny Siregar sudah melakukan tindakan yang melewati batas.
Pasalnya, kata Ananta, Pegiat media sosial itu sudah melakukan politik adu domba terhadap internal PDI Perjuangan melalui halaman sosial media miliknya.
“Dia sudah berlebihan, tidak baik nyebarin kebohongan. Kami di PDI Perjuangan baik-baik saja, kok yang rame di luar, seolah-olah Indonesia mau bubar," kata Ananta melalui keterangannya, Kamis (27/5/21).
Sebagai orang yang memiliki pengaruh di media sosial, semestinya Denny Siregar bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Wakil rakyat di Komisi VI DPR RI ini mengatakan, ketimbang mencampuri urusan internal partai besutan Megawati Soekarno Putri dan cenderung memprovokasi masyarakat untuk ikut menekan partai berlogo kepala banteng melalui media sosial, lebih baik Denny Siregar menebar manfaat kepada masyarakat dan pemerintah dengan mengkampayekan protokol kesehatan.
"Saran saya, mending Pak Denny bantu pemerintah sosialisasikan protokol kesehatan Covid-19, kan infonya followernya banyak,” ujar Ananta.
Banteng Senayan ini juga menilai, langkah Denny Siregar yang membandingkan Puan Maharani dengan Ganjar Pranowo untuk maju Pilpres 2024 juga terlihat sangat sentimen dan personality.
Padahal, kata Ananta, waktu untuk Pemilihan Presiden masih sangat jauh, yakni tahun 2024 nanti.
“Pilpres masih jauh bos, yang dekat itu Covid-19. Pak Denny mungkin punya hubungan khusus dengan Ganjar, makanya sangat bersemangat. Saran saya, Tuhan itu tidak hanya menciptakan telinga, tapi ada mata dan hati, artinya jangan subjektif menilai seseorang, dalam hal ini terhadap Mbak Puan,” ujar dia.
Untuk diketahui, sebelumnya, melalui laman twitter @Dennysiregar7, Denny menggugah artikel berjudul 'Puan Maharani Sindir Pemimpin yang Cuma Ada di Media Sosial' dengan memberi
pernyataan.
"Mirip bu Mega dulu waktu nyindir2 dgn keras tentang petugas partai..Tapi pada akhirnya beliau berdamai dgn situasi.. (emoji tertawa)," tulis Denny.
Selain itu, Denny Siregar juga meminta Puan untuk lebih berhati-hati dalam merawat kader.
"Mbak Puan, hati2 lho... Entar kader terbaiknya dilamar partai lain karena sangat potensial. Maaf, sekadar mengingatkan," lanjut Denny.
Kemudian, Denny juga menggugah pernyataan yang ditujukan untuk Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Bambang Wuryanto tentang tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada acara konsolidasi partai.
"Ini alasan yg lucu banget.. Pak Ganjar dimarahin, dibilang kelewatan krn sering muncul di medsos dan jadi host di youtube. Lha bukannya itu tandanya beliau Gubernur milenial, paham dunia digital ? Pak Bambang, bangun pak... Ini era teknologi," tulis Denny.
Dalam postingan di media sosial lainnya, Ananta juga menganggap, Denny seolah-olah sangat mengerti dan memahami situasi dan kondisi di internal PDI Perjuangan menjelang pilpres 2014 saat itu.
Berikut pernyataan Denny Siregar melalui media sosial Facebook.
GANJAR PRANOWO MENGULANG KISAH JOKOWI..
"Jokowi tidak akan jadi Capres !"
Begitu perkataan tegas almarhum Taufik Kiemas, tokoh besar PDIP di tahun 2013. Disaat itu Jokowi baru saja jadi Gubernur Jakarta dan muncul desas desus bahwa dialah calon terkuat untuk menjadi Capres 2014, karena suara Megawati setiap survey selalu dibawah Prabowo.
Memang bukan sesuatu yang umum waktu itu, seorang kader partai jadi Capres, karena Capres itu wilayahnya ketua partai. Apalagi di PDIP, dimana seorang capres haruslah dari trah Soekarno. Jokowi bukan, dia hanya orang biasa yang ideologinya sangat Soekarno, bukan biologisnya.
Tapi mau gimanapun PDIP menghalangi Jokowi, namanya terus naik. Dalam setiap survey, nama Jokowi selalu unggul dibandingkan Prabowo. Ini yang bikin elit PDIP gelisah luar biasa. Seperti buah simalakama, gak nyalonin Jokowi bisa2 PDIP kalah, nyalonin Jokowi trus gimana perasaan bu Mega ?
Untunglah di detik2 terakhir bu Mega sangat rasional dan berbesar hati. Jokowi dicalonkan jadi Capres 2014 dan terbukti menang. Dua periode malah. PDIP akhirnya sadar, bahwa zaman sudah berubah. Orang melihat figur atau sosok, bukan lagi partai. Jokowi menyelamatkan PDIP dari kekalahan, seandainya mereka dulu memaksakan Megawati maju perang.
Situasi yang hampir mirip terjadi lagi..
Tiba2 terdengar kabar kalau PDIP dibawah kendali Puan Maharani, mencoba menyingkirkan Ganjar Pranowo Gubernur Jateng dari kemungkinan menjadi Capres 2024. Ganjar tiba2 dimusuhi, bahkan tidak diundang di acara Puan di Jateng. Dalam surat undangan itu semua perwakilan dan kepala daerah di Jateng diundang ke acara, kecuali Gubernur.
Ada apa ?
"Ganjar terlalu ambisi jadi Presiden.." kata Bambang Pacul, ketua pemenangan PDIP yang juga ketua DPD PDIP Jateng. Alasan lain yang lebih lucu dinyatakan Bambang, "Ganjar terlalu sering main medsos, bahkan mau aja diundang jadi host di Youtube.."
Ini alasan kocak sebenarnya, lah kenapa emang kalo Gubernur menjalin komunikasi dgn rakyatnya lewat medsos ? Ini kan memang jaman digital ?? Yang salah itu, kalo seorang Gubernur gaptek gak ngerti teknologi. PDIP langsung terasa jadoelnya dengan pernyataan itu. Berasa sebagai partai di jaman purba di kalangan milenial yang hidupnya ada di internet.
Bambang Pacul seperti mengulang kesalahan almarhum Taufik Kiemas. Semakin dihalangi, malah nama Ganjar Pranowo semakin melejit. Sebelum diributkan saja, survey terakhir dari SMRC nama Ganjar ada diatas Prabowo dan Anies Baswedan. Nama Puan jauh dibawah. Halo, ini kenyataan pahit memang tapi harus ditelan. Puan belum laku dijual, jangan dipaksakan..
Tapi saya kok jadi senyum2 sendiri baca pola berulang yang hampir tidak disadari. Siapapun yang digencet PDIP, ndilalah malah jadi Presiden.
Bu Mega memecat SBY, SBY malah jadi Presiden. Almarhum Taufik Kiemas menghambat Jokowi, Jokowi malah jadi Presiden..
Jangan2 ketika Ganjar disingkirkan Puan, Ganjar malah yang jadi Presiden ? (emoji tertawa)
Kalau saya jadi pemimpin partai selain PDIP, saya sih senang Ganjar Pranowo dihajar di internalnya. Karena buat saya emas tetap emas meski dia dibuang ke tempat sampah. Lebih baik saya lamar dia, dan saya memposisikan diri jadi Cawapresnya. Biar PDIP nanti manyun karena gada barang yang bagus untuk ditawarkan..
Takdir Tuhan gak bisa ditentang manusia. Kalau Tuhan memang merencanakan seseorang jadi pemimpin, mau dibuang2 juga tetap akan jadi.
Ada juga yang nafsu banget pengen jadi Presiden. Uang ada. Nama ada. Kendaraan ada. Jaringan ada. Tapi berkali2 nyapres, gagal maning gagal maning.. (emoji tertawa)
Ahhh jadi pengen seruput kopi..
Denny Siregar